Murid-murid yang lain saling pandang mendengar ucapan Tsukauchi. Akhirnya satu persatu mulai menyadari keberadaan satu anak asing di antara mereka. Izuku mendesah. Dia langsung mengangkat tangan.
"Maaf Detektif," ucapnya lantang. "Aku bukan anak Prodi Pahlawan."
Alis Tsukauchi terangkat heran.
"Oh, lalu—"
"IZUKU-KUN!"
Izuku tersentak kaget. Dia berbalik. Sebelum seseorang berambut merah menubruknya.
Memeluknya erat-erat.
"Lho? Dorothea-chan—?"
Gadis itu melepaskan pelukannya. Wajah Dorothea memerah karena kesal.
"What. The. Shit. Are. You. Doing?!" seru si gadis. Mengguncangkan Izuku di sela setiap kata dalam kalimatnya. Anak yang disebut hanya meringis.
Interaksi keduanya membuat Tsukauchi bertambah bingung.
"Uh, maaf, apa anda murid U.A. juga?"
Dorothea tersentak. Dia menoleh ke sang detektif dan mengangguk.
"Benar. Dorothea Tuning, Prodi Umum."
"Lalu, kenapa kau di sini?"
"Ugh, beats me," dengus Dorothea. Dia bersedekap dan melempar pandangannya ke samping.
"Yamada-sensei yang membawaku. Aku menyuplai informasi tambahan soal serangan ini di bus tadi."
Wajah Tsukauchi tambah bingung.
Izuku jadi agak kasihan.
"Anak ini yang dulu memberikan kami peringatan, Detektif."
Suara Present Mic terdengar. Para guru lain juga sudah keluar setelah meringkus Penjahat kelas teri yang tersisa. Pria berambut kakatua itu memasang wajah datar. Rasanya aneh melihat itu di muka Pro Hero yang biasanya ceria.
"Sayang sekali, kami tidak mendengarkannya."
Dorothea masih berpaling. Wajahnya murung. Izuku mengelus punggung sahabatnya itu.
"Peringatan?" gumam Tsukauchi. Dia menatap si gadis. "Apa kau punya quirk untuk melihat masa depan?"
"Oh, tidak!" Gadis itu menggaruk kepalanya dengan canggung. Dia menggigit bibir. Mata emas berkilat ragu.
"Tapi, aku punya informan."
Mata Tsukauchi langsung terbelalak mendengar itu.
Dorothea mendengar bisik-bisik dari belakangnya. Dia tidak repot-repot menoleh. Pasti itu murid Prodi Pahlawan yang kebingungan. Sementara Izuku di sampingnya hanya tersenyum.
"Bagus, Dorothea. Jangan berbohong."
Suara Eins terdengar berbisik di telinganya.
"Detektif ini Tsukauchi Naomasa," info hantu itu. "Quirknya disebut Lie Detector."
Ah, bagus. Itu informasi penting.
Walau gadis berambut merah itu tidak yakin darimana Eins bisa tahu. Apa dia menggentayangi kantor polisi pada waktu luang?
Yang jelas, aku harus pandai memilih kata-kataku.
Senyum tipis tersungging di bibirnya.
Seperti biasa.
"Baiklah, aku butuh informasi lebih," ucap Tsukauchi. Wajahnya masih terlihat kosong. Kemudian dia berpaling ke Izuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; Interweave
Fiksi PenggemarAlternate Universe dari 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Bisa dibaca sebagai stand alone. *** Hidup Midoriya Izuku berubah pada umur 4 tahun, saat dia tahu dia tidak mempunyai quirk. Dan mimpi menjadi Pahlawan pupus dari matanya. Akan tetapi, hidupnya...