38. Test of Courage

146 29 11
                                    

"Shinsou mengirim banyak foto."

Kepala Dorothea terangkat dari kertas buku catatan. Dia mendongak dari batu tempatnya duduk. Sementara Izuku sibuk tersenyum ke layar ponsel yang ada di genggaman.

Dia lalu mengulurkan alat elekronik itu ke wajah sang sahabat. Gambar kucing dan wallpaper cafe berwarna pastel terpajang di sana.

"Espurresso!" seru si gadis. "Jadi Shinsou sudah pulang dari liburan?"

"Sepertinya." Izuku mengangkat bahu. Tangan mulai menggulirkan percakapan mereka di group.

Tepat saat satu pesan masuk.

***
Group Chat 1-C is Superior (but Todoroki is alright)

Sour Grape
Kapan kalian kembali?

***

"Aww! Dia rindu kita!"

Izuku tersentak oleh celetuk Dorothea yang kini berdiri. Sang gadis menyeringai setelah membaca pesan Shinsou dari balik bahu anak rambut hijau itu.

"Yeah. Shinsou mungkin kesepian tanpa kegilaan yang kita bawa."

"Tapi aku yakin dia tidak akan pernah mengakuinya," ucap Dorothea. Dia turut mengeluarkan ponsel dari sakunya.

"Mau bertaruh?"

Izuku terkikik. "Ayo kita coba..."

***
Group Chat 1-C is Superior (but Todoroki is alright)

Peppermint
Kami rindu kau juga, Shinsou-kun! :D

Strawberry
Kami akan segera kembali! Miss u too, Shinsou! :3

Sour Grape
Siapa bilang aku rindu kalian???

***

"Ha! Aku benar!" Dorothea tersenyum bangga. "Dasar tsundere!"

Izuku hanya tergelak dan mengangguk-angguk. Dia mengetik jawabannya. Sebaris 'sampai ketemu lagi! Jangan lupa oleh-oleh!' diikuti emotikon tas belanja. Dia memencet kirim, lalu kembali memasukkan ponsel ke saku. Lalu melirik ke Dorothea.

"Apa kau dapat berita baru?"

Sebuah desahan keluar dari mulut sang gadis. Dia mengecek ponselnya lagi. Memastikan untuk kesekian kalinya. Kemudian berdecak.

"Belum. Baik dari Mom, Nikky, maupun Monika. Sama sekali tidak ada kabar."

Izuku berdehum. Melirik Dorothea terpaku pada latihan anak-anak Prodi Pahlawan. Namun jelas pikirannya tidak pada mereka.

"Aku benci situasi seperti ini," gumam gadis itu.

Dalam hati, Izuku mengangguk setuju. Diam dan menunggu bukan gayanya. Anak itu terbiasa menghadapi langsung apa yang menjadi gangguan. Perasaan protektif dan ingin melakukan lebih kadang memang berat.

Itu yang membuat Izuku membuntuti sang ayah ketika dia masih kecil. Perasaan itu juga yang membuat dia menyelinap dan memburu imp saat SMP. Yang mengantar malam pertemuan bersejarahnya dengan Dorothea.

Sekarang, malah terbalik. Bukan bertindak, dia malah harus duduk dan menunggu. Izuku ingin menyebut dirinya sabar. Namun, dengan ketidakpastian di ambang sana, jelas cukup untuk membuatnya frustasi.

Normal ; InterweaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang