"Sial!"
Dorothea merutuk. Segera berlutut di samping sang Pahlawan.
"Hei, kau bisa dengar?!"
Hening.
Rutukan Dorothea terdengar lagi.
Sang gadis meraih ponsel. Memanggil nomor darurat. Jantungnya berpacu.
Nada panggilan terdengar.
Angkat! Cepat angkat!
Tersambung. Dia hampir menangis mendengar operator.
"Ya! Aku butuh ambulan—"
"—Tempat? Di sebuah gang—"
"—Dekat Kafe Yukimura's, ya, Hosu—"
"—Seorang Pro-Hero, terluka—"
"—Pendarahan parah—"
"—Cepatlah, kumohon..."
Lalu panggilan selesai.
Fokusnya teralih. Mata emas menelisik luka di tubuhnya.
Luka tusuk.
Banyak luka tusuk.
Dia berdecih. Otaknya melaju. Mengingat latihan P3K yang sudah dia hapal.
Dalam.
Pendarahan parah.
Ada pisau yang masih menancap.
Jangan ditarik. Itu memperburuk.
Lukanya terlalu banyak. Aku tidak bisa menutupnya.
Aku tidak bisa melakukan apapun.
Sialan.
Sialsialsial—
"Bertahanlah," pinta Dorothea. "Bantuan segera da—"
Hawa dingin menyambarnya.
Napasnya tercekat. Dia mendongak. Netra emas menangkap sosok spektral melayang. Tepat di atas si Pahlawan.
Hantu?
Matanya terbelalak. Tersadar.
Bukan—
Tapi hampir jadi hantu.
Sosok itu tampak terkejut. Menatap Dorothea. Lalu tubuhnya. Dia menunduk.
"...Oh..."
"Tidak! Jangan menyerah dulu!"
Pahlawan itu menggeleng.
"...Tolong...bilang...adik...ku...Ten...ya..."
"Aku tak mau dengar!!"
Hantu itu terlonjak. Dorothea berjengit. Ekspresinya mengeras. Dia menggeleng kuat-kuat.
Si calon-hantu tampak sedih.
"...Ter...lam...bat..."
"BELUM! BELUM TERLAMBAT!"
Dorothea menjerit. Dia tidak peduli siapa yang mendengarnya.
"Apapun yang mau kau bilang untuk adikmu, kau harus mengatakannya sendiri, kau dengar!?"
Kenapa medis lama sekali?!
"Jadi jangan—jangan—"
Mati.
Kata-kata itu tidak keluar.
Tetapi si sosok mengerti.
"Hanya sebentar lagi," bisik Dorothea. "Bertahanlah."
Pahlawan itu mengangguk. Dan Dorothea sedikit merasa lega. Sosoknya semakin tak fokus. Hawa dingin di sekitar memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; Interweave
FanficAlternate Universe dari 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Bisa dibaca sebagai stand alone. *** Hidup Midoriya Izuku berubah pada umur 4 tahun, saat dia tahu dia tidak mempunyai quirk. Dan mimpi menjadi Pahlawan pupus dari matanya. Akan tetapi, hidupnya...