Shinsou melihat Dorothea berjalan menuju pintu keluar stadium. Dahinya mengerut melihat anak perempuan itu sudah memakai seragam biasa, bukan pakaian olah raga.
"Yo! Dorothea!"
Yang disebut berbalik. Mata emas berkilat ketika bersirobok dengan netra ungu Shinsou.
"Heya, Shinsou-kun! Sudah siap menghadapi Izuku-kun?"
Si purplenette meringis kecil.
"Yeah, begitulah." Alisnya terangkat. "Kau mau kemana?"
Gadis di depannya terhenyak. Kaki mengetuk lantai. Sementara tangannya menggaruk rambut merah yang sebenarnya tidak gatal.
"Aku ada... urusan."
"Urusan?"
Dorothea berjengit. Sang gadis menggigit bibir bawahnya. Tampak merenung sebentar. Akhirnya dia mendesah kecil.
"Jujur, ini ada hubungannya dengan—er, penyeranganku..."
Netra violet mendelik. "Soal Kuba Hisao?" tanyanya.
Wajah Dorothea berputar menjadi ekspresi tidak nyaman.
"Kurang lebih," gumamnya. "Dan—uh, mungkin yang sebelumnya juga..."
"Sebelumnya? Apa maksudmu sebelumnya?!"
Si gadis tak menjawab. Mata emas terlempar ke samping. Menolak untuk memandang wajah sang kawan yang tampak semakin bingung.
Melihat anak perempuan di depannya yang jelas tidak akan menjawab apapun, sang purplenette mendesah.
"Dorothea...," bisik Shinsou. "Apa kau... akan baik-baik saja?"
"Yeah. Aku hanya ingin menggali lebih dalam soal... penyerangan itu." Gadis itu menepuk pundaknya. Berusaha memasang senyum. "Kau tidak perlu khawatir."
Ha. Kau mengatakannya seakan itu mudah.
"Apa kau yakin itu ide cerdas? Penjahat itu tahu namamu," protes Shinsou. "Itu berarti dia bukan orang gila yang memilih korban secara acak. Kau target, Dorothea. Target untuk siapa. Untuk apa. Aku tidak tahu."
Tatapan Shinsou tajam. Rasanya seperti menguliti nurani gadis di depannya. Keduanya diliputi hening. Anak laki-laki itu menunggu penjelasan. Sementara Dorothea tidak bergeming. Mata emas mengerjap.
"Aku—uh, kau ternyata jeli juga."
Shinsou mendengus.
Ya, dia memang pendiam dan lebih suka menyimpan semuanya dalam diri sendiri. Dari dulu dia jarang bicara. Terlebih jika orang yang diajak berkomunikasi tahu soal quirknya. Mereka biasanya malah pergi sebelum dia sempat mengatakan sesuatu.
Maka dari itu—karena dia tidak bisa mendapat informasi dari berbicara—Shinsou belajar mengamati.
Dan dari pengamatannya, Dorothea menyembunyikan sesuatu.
Dia itu aneh. Hal itu terlihat ketika sang gadis dan Izuku sama sekali tidak menghakimi quirknya. Dan dia pikir, sampai di situlah keanehannya berhenti.
Dia salah.
Gadis itu jauh lebih membingungkan daripada yang dia kira.
Pertama, dia memiliki informasi soal serangan besar yang tidak diduga. Dia punya informan—yang Shinsou tidak tahu bagaimana moralnya. Lalu, dia mengenal seorang inventor yang sangat dicari di dunia Kepahlawanan. Lalu dia diserang.
Sungguh, Shinsou tidak iri dengan nasib Dorothea.
Tapi dia khawatir.
Dorothea dan Izuku adalah dua teman pertama yang bisa menerima dirinya apa adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; Interweave
FanficAlternate Universe dari 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Bisa dibaca sebagai stand alone. *** Hidup Midoriya Izuku berubah pada umur 4 tahun, saat dia tahu dia tidak mempunyai quirk. Dan mimpi menjadi Pahlawan pupus dari matanya. Akan tetapi, hidupnya...