"Jadi, bagaimana?"
Suara tinggi seorang wanita memenuhi sebuah bar gelap. Diikuti dentingan es beradu dengan gelas kaca.
"Anak yang menarik, huh?" tanyanya dengan senyum lebar. Mata mengintip dari balik tudung hitam.
Laki-laki berambut biru muda di depannya hanya berdecih. Tidak menjawab.
Si Wanita Bertudung mengangkat bahu.
"Kau tidak asyik, Shigaraki Tomura," celetuknya. Tangan memutar gelas. "Hmm, bukankah anak itu yang di USJ? Yang menyerangmu—"
"Diam."
Terdengar tawa kecil memenuhi udara. Jari-jari lentik sang wanita menutupi mulutnya. Dia selalu senang menggoda Penjahat di depannya ini. Reaksi Shigaraki sangat lucu di matanya.
"Iya, iya~"
Dia terkekeh lagi. Sebelum kembali melirik ke layar. Melihat tongkat yang digenggam erat oleh sang anak berambut hijau.
Technomagic.
"Aku penasaran," gumamnya. Kali ini lebih kepada dirinya sendiri.
"Apa kau juga salah satu dari mereka yang melawan Mistress, Midoriya Izuku?"
Suaranya lembut. Tinggi dan manis. Seperti seorang penyanyi opera. Seakan mendamba.
"Apa kau mengenal Sang Mata?"
***
Saat Izuku terbangun—
Hal yang pertama dia rasakan adalah nyeri.
Seluruh tubuhnya terasa sakit dan pegal. Kepalanya juga terasa pening. Dia lalu merasakan kasur dan bantal empuk di bawah tubuhnya. Lalu lampu terang di langit-langit.
Ah, dia di ruang rawat.
"Kau sudah sadar?"
Suara lembut mengagetkannya. Membuat Izuku sontak berdiri. Yang langsung dia sesali ketika sakit di kepalanya berdenyar semakin kuat.
"Pelan-pelan, nak!" ucap suara itu lagi. "Kau menghantam dinding di luar arena dengan cukup keras!"
"Yeah...," gumam Izuku. Memegangi kepala yang sakit. "Aku... bisa merasakan itu."
Sebuah kekehan terdengar sampai ke telinganya. Izuku menoleh dan menunduk. Tampak seorang wanita tua pendek berdiri di samping kasur. Rambut berubannya ditusuk dengan hiasan berbentuk suntik. Tongkatnya juga berbentuk jarum suntik. Izuku langsung mengenali siapa dia.
Recovery Girl.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya si nenek lembut. "Ada yang sakit?"
"Selain egoku?" tanya Izuku, sebelum tertawa. "Heh, bercanda. Aku baik. Tapi merasa sangat mengantuk."
Recovery Girl terkekeh lagi. "Yep. Ada fraktur ringan di tanganmu. Aku sudah menyembuhkannya dengan quirkku. Itu yang membuatmu lelah," jelasnya. "Kau juga tidur melewati beberapa pertandingan."
Izuku meringis. Sayang sekali. Tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Jadi dia hanya mengangkat bahu.
"Oh, well," gumamnya. "Aku bisa mencari ulangannya dari internet. Uh, apa aku boleh istirahat di sini lebih lama? Tubuhku masih agak lemas."
Dokter tua di depannya mengangguk sembari tersenyum. Dia melakukan beberapa pengecekan tambahan. Memastikan hantaman di kepala yang Izuku dapat tidak menyebabkan gegar. Serta menanyakan soal memar dan lebam yang mulai membiru di kulit Izuku.
Setelah puas dengan jawaban itu. Dia kemudian berjalan keluar. Membiarkan Izuku beristirahat.
Namun, sebelum dia mencapai pintu, Recovery Girl berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; Interweave
FanfictionAlternate Universe dari 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Bisa dibaca sebagai stand alone. *** Hidup Midoriya Izuku berubah pada umur 4 tahun, saat dia tahu dia tidak mempunyai quirk. Dan mimpi menjadi Pahlawan pupus dari matanya. Akan tetapi, hidupnya...