"Hei Miss? Kau tadi melihat ke arahku, kan? Hei?"
Dorothea berusaha keras untuk tidak menoleh. Sungguh.
Dia merutuki dirinya yang tidak sengaja meringis melihat hantu anak kecil yang melayang di pintu gerbang. Tidak habis pikir, bagian sejarah mana yang membuat U.A. punya hantu anak kecil?
Sekarang, makhluk itu mengikutinya ke dalam. Sementara Dorothea mati-matian tidak mengacuhkannya. Hanya menunduk melihat ponsel.
Izuku kenapa lama sekali?
Gadis itu melirik ke kerumunan. Rambut hijau kawannya sama sekali belum terlihat. Baik di sela yang hidup maupun tak hidup. Dorothea melirik ke jam tangannya dengan cemas.
Sebentar lagi tesnya dimulai. Serius, anak ini dimana—
"Dorothea-chan!"
Panjang umur.
"Izuku-kun!"
Dorothea membalas lambaian anak berambut hijau itu dengan bersemangat. Izuku berlari mendekat. Berhenti di depan Dorothea dengan napas terengah-engah.
"Kau berlari kemari?" tanya gadis itu sembari mengangkat alis.
"Aku pikir aku terlambat!" Izuku meluruskan posisinya. "Dan aku harus menghindari Katsuki di depan tadi!"
"Oh, sial, Baka-gou? Dia juga masuk kemari?"
"Hush! Dorothea-chan! Jangan panggil dia begitu!" desis Izuku. Telunjuk menempel di bibir. "Dan tentu saja dia di sini! U.A. itu sekolah Pahlawan paling top di Jepang!"
Ah, benar juga.
Dorothea melempar pandangan ke gedung itu. Tampak besar dan kokoh. Agak mengintimidasi. Dorothea tahu bahwa bagaimanapun, U.A. itu sekolah Pahlawan. Walaupun ada Prodi lain di sana, dia paham apa yang utama.
"Yah, sudahlah, ayo kita masuk," gumamnya. "Aku boleh tanya sedikit soal matematika?"
"Tentu saja!"
***
Dorothea bersyukur tes Prodi Umum hanya tes tertulis.
Tidak, Dorothea bukan genius. Dia payah dalam matematika dan punya jawaban yang 'menarik' untuk sastra jepang.
Yang kedua itu hanya karena dia besar di London. Dia lebih paham Charles Dickens daripada Akutagawa Ryuunosuke.
Tetapi, dia lebih memilih berkutat dengan soal-soal kelewat rumit daripada melawan robot seperti Prodi Pahlawan.
Atau mengatasi apapun itu yang meledak di Prodi Support.
Kalian bahkan belum masuk dan kalian sudah meledakkan sesuatu?
Begitulah yang Dorothea pikirkan ketika melewati pintu ujian Prodi Support yang berasap dan ramai. Entah apa yang terjadi di sana. Sepertinya otak-otak anak yang masuk Prodi itu sangat... kreatif.
Dorothea lewat saja. Dia dan Izuku berjanji untuk bertemu di gerbang lagi setelah tes selesai. Sayang ruang ujian mereka berbeda. Tetapi, kalaupun sama, toh mereka tidak bisa saling contek. Pengawasnya ketat sekali.
Ketika sampai di luar, ternyata Izuku sudah di sana. Tentu Dorothea langsung menyapanya.
"Yo! Izuku-kun!"
"Ah! Akhirnya! Jadi bagaimana?"
"Eh, begitulah," jawab Dorothea meringis. Menggaruk rambut merahnya. "Sekarang tinggal... menunggu?"
Izuku mengangguk kecil. Keduanya berjalan keluar dari U.A. beriringan. Menyerahkan keputusan pada nasib.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; Interweave
FanficAlternate Universe dari 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Bisa dibaca sebagai stand alone. *** Hidup Midoriya Izuku berubah pada umur 4 tahun, saat dia tahu dia tidak mempunyai quirk. Dan mimpi menjadi Pahlawan pupus dari matanya. Akan tetapi, hidupnya...