5. Birds of a Feather

330 60 2
                                    

Mungkin ini bukan ideku yang paling baik.

Itulah yang terngiang di otak Izuku selagi dia berjalan menyusuri gang-gang sempit area perumahan yang masih kosong. Matanya terarah ke layar meteran anomali yang masih bersuara.

Titik merah disana berbelok ke sebuah jalan. Sayang sekali, Izuku masih tidak tahu makhluk apa yang akan dia hadapi. Meteran anomali tidak memberitahu hal semacam itu. Jadi, dia hanya bisa menggenggam wakizashi sang ayah erat-erat dan berharap refleksnya dalam melempar pisau bisa diandalkan melawan apapun itu.

Dia berjalan setenang mungkin. Berusaha tidak menimbulkan suara yang tak perlu. Matanya bergantian melihat jalanan dan meteran anomali. Sebentar lagi, dia akan sampai di tempat titik merah.

Hanya di ujung gang itu. Di jalan utama yang sepi.

Izuku menarik napas dalam-dalam. Ini dia.

Meteran anomali dimatikan. Dia mengintip ke jalan. Terdengar suara ribut. Asalnya dari tong sampah di depan salah satu rumah kosong.

Mata hijau memicing. Dia bisa melihat tubuh humanoid kecil bersayap. Kurus dan ramping. Kulitnya hitam. Agak merah di bawah lampu jalanan. Ada dua tanduk besar di kepala yang bertaring.

"Imp." Izuku mendesah lega. "Syukurlah itu hanya imp."

Imp masuk dalam demon tier satu. Tidak terlalu sulit.

Jadi, Izuku melangkah keluar dari gang. Dia mengeluarkan satu pisaunya.

Membidik. Lalu melempar.

Clack!

Terdengar suara raungan.

"Ups!" bisik Izuku. Imp itu berbalik. Ada api di mata yang sepenuhnya hitam.

"Maaf soal bahumu! Aku berusaha membidik kepala! Sungguh!"

Demon tidak sentien. Mereka adalah makhluk murni kegelapan.

Tetapi Izuku yakin yang satu ini tahu dia diejek.

Imp itu menerjang. Terbang rendah. Tangan Izuku ada di gagang wakizashi.

Tunggu dia mendekat

Sang demon berusaha mencakar. Izuku berkelit ke kanan. Bilah ditarik.

lalu tebas.

Raungan terdengar memecah keheningan malam.

Izuku bersyukur tidak ada yang tinggal di daerah ini.

Darah hitam mengucur di bekas sayapnya. Dipotong rapi. Sudut bibir Izuku terangkat.

Imp itu agresif, suara Hisashi seakan bergema di kepalanya. Kau hanya harus menunggu dia mendekat. Lalu serang.

Izuku ingin menepuk dirinya sendiri. Posisi mereka ditukar sekarang. Imp marah berada di mulut gang gelap. Agak sulit melihatnya. Namun, Izuku ada di dekat lampu jalan.

Jadi, dia tinggal menunggu saja. Waktu adalah inti perburuan kali ini.

Benar saja, imp di depannya menggertakkan gigi. Dengan satu sayap, dia tidak akan bisa terbang. Dia berlari ke Izuku. Anak itu mengambil kuda-kuda.

CLACK.

Suara memekakkan itu membuat Izuku terlonjak.

Imp itu berhenti.

Dan dia jatuh. Begitu saja. Seperti boneka kosong.

"Apa yang—"

Kalimat Izuku terhenti. Ada pisau menancap di belakang kepala demon itu. Mata hijau memicing. Sesuatu berkilat terikat di pegangannya.

Normal ; InterweaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang