Mereka baru berangkat ke Hosu pada hari ketiga liburan. Menyamakan dengan jadwal fashion show yang harus diikuti Ayah Dorothea.
Akira dan Avery mengantar putri mereka, Izuku, dan Shinsou ke Hosu dengan mobil. Sebelum lanjut pergi ke kota lain. Ketiga anak itu langsung diturunkan di depan The Hourglass. Tempat Nikky dan Monika sudah menunggu.
"Kalau ada apa-apa, jangan segan hubungi Mom atau Dad, oke?"
"Yeah, Mom. Aku mengerti."
"Dan kalian berdua, jaga putriku baik-baik!"
"DAD!"
Wajah Dorothea memerah selagi kedua orang tuanya tertawa di dalam mobil. Sang gadis menggerutu. Namun, dia ikut tersenyum.
Keduanya mengucapkan sampai jumpa sekali lagi. Dorothea, Izuku, dan Shinsou melambaikan tangan mengiringi kepergian mereka.
Setelah mobil itu pergi dan menghilang di ramainya jalan raya, barulah ketiga anak berbalik. Disuguhi oleh bangunan The Hourglass yang bergaya eropa tua. Sangat kontras dengan toko lain di kanan kirinya.
"Ayo masuk!" ajak Dorothea. Mendahului kedua anak laki-laki.
Dia sampai di depan toko. Mengintip sebentar ke kaca etalase. Sebelum mendorong pintu terbuka. Kayu berderit mengiringi gerak engsel.
Toko itu masih berantakan seperti biasa. Dengan buku berdebu dalam rak serta benda kuno yang menempati semua permukaan rata yang ada di sana.
"Kau sudah memberi tahu kau akan datang, kan?"
Eins bertanya sembari menaruh jemari dingin di pundak anak perempuan itu. Sang gadis mengangguk.
"Nikky! Apa kau di sini??" teriak Dorothea. Berusaha tidak menginjak serangkaian patung atau kotak musik yang ada di lantai.
Terdengar gumaman dari lantai atas. Diikuti suara benda jatuh dan rutukan keras yang membuat ketiga anak terlonjak.
"Nikky? Kau baik?"
"Give me a sec, kit!"
Terdengar derap langkah menuruni tangga. Lalu pintu di belakang meja kasir terbuka. Ada Nikky berdiri di ambangnya. Rambut hitam agak sedikit kusut. Ada debu di sweater rajut yang dia kenakan.
"Ugh, maaf soal ini. Aku baru berusaha merapikan gudang atas."
Dia menunduk dan menepuk-nepuk pakaiannya. Merapikan kerut dan kotoran yang menempel. Sebelum Nikky kembali menegakkan tubuh. Mata hijau-biru langsung terarah ke Shinsou.
"Hmm, jadi ini Shinsou Hitoshi? Namaku Nikky Ito, salam kenal."
Anak yang disebut menelan ludah.
"A-ah, senang berkenalan denganmu, Nikky-san," ucapnya diikuti membungkuk.
"Likewise." Nikky menutupi mulut yang terkikik kecil.
"Dorothea dan Izuku banyak bercerita tentangmu. Mereka bilang, kau calon Pahlawan?"
Shinsou mengangguk. "Yeah, itu—itu sebabnya kami di sini—"
"Oh, tenang! Kit sudah menjelaskan semuanya!"
Wanita yang lebih tua itu menyeringai. Dia melangkah anggun di tengah benda yang berserak di lantai. Seakan sudah paham betul dimana harus berpijak. Dengan mudah, Nikky melewati Shinsou, Izuku, dan Dorothea. Kembali di dekat pintu.
Dia menaruh tangan pada gagangnya. Sebelum menoleh kepada anak-anak tadi. Seringai terpulas di wajah.
"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Monika sudah menunggu di tempat latihan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; Interweave
Fiksi PenggemarAlternate Universe dari 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Bisa dibaca sebagai stand alone. *** Hidup Midoriya Izuku berubah pada umur 4 tahun, saat dia tahu dia tidak mempunyai quirk. Dan mimpi menjadi Pahlawan pupus dari matanya. Akan tetapi, hidupnya...