Apa yang harus ku katakan? Bagaimana aku harus bertahan dengan semua ini? Aku juga tak tahu.
Katakan padaku, bagaimana aku harus melakukannya?
Bagaimana jika aku tak bisa melihatmu lagi? Bagaimana denganku?.
.
.
💚
Remaja enam belas tahun itu melewatkan sholat Isya' dan juga subuh nya saat pagi Ardian, ralat tapi Barra baru membukakan pintu kamar mandi yang ia kunci dari luar semalaman.
"Keluar lo!" itu bukan Ardian sang ayah, suaranya lebih rendah dari milik ayahnya. Keenan mendongak dengan tubuh yang bergetar hebat dan bibir yang membiru "o-oh? Ma-makasih kak." susah payah pemuda itu menggerakan tubuhnya menjadi setidaknya terduduk setelah sebelumnya menelungkup memeluk perutnya yang sakit di lantai kamar mandi yang dingin.
Wajahnya pucat pasi dengan bibir yang bergetar, mencoba bangkit dengan menjadikan dinding sebagai penopangnya.
"Menyedihkan. Lagian suruh siapa tetep idup lo?!" Barra Darendra, pemuda dua puluh empat tahun itu menatapnya sinis saat tubuhnya berhasil bangkit.
Sudut bibirnya terangkat samar, tersenyum kecil mendengar tanya tak berperasaan sang kakak "tanyain sama Allah. Kenapa masih baik banget ngasih nafas Keenan." Barra berdecak, melenggang pergi meninggalkannya begitu saja.
Keenan menghela pelan, mengatur deru nafasnya yang terasa memendek, Keenan tak sebodoh itu ia tau, tubuhnya sedang tak baik-baik saja saat panas terasa menyambar punggung tangannya ketika menyentuh dahinya.
"Lemah banget sih Nan!" Bibirnya bergumam pelan, menyeret dengan susah payah kedua tungkainya, kamarnya ada di lantai dua, masih terlalu jauh untuknya naik ke atas.
"Hah," keras ia membuang nafasnya saat sakit menyerang dadanya, seolah oksigen enggan kembali masuk memenuhi rongga dadanya.
"Pusing Ya Allah." mungkin ia akan mangkir di sekolahnya, kembali membolos satu hari mungkin tak masalah. Mengirim pesan pada pemegang agenda absensi di sekolahnya, Arjun. jika ia tak bisa masuk sekolah hari ini. Arjun pasti mengerti.
"Capek bunda." langkah nya berhenti di depan pintu bercatkan putih. kamar yang tak seluas kamar Barra, kamar kakaknya itu bahkan di lengkapi kamar mandi pribadi, sedangkan kamarnya tak lebih dari ukuran kamar asisten rumah tangga, sangat sempit dengan hanya ada sebush kasur lipat di lantai, sebuah meja kecil yang ia pakai untuk belajar saat waktu senggang nya dan sebuah nakas berukuran kecil disana.
Tubuhnya kembali ambruk, bersimpuh di atas lantai yang dingin saat kakinya tak mampu lagi menopang beban tubuhnya.
Tubuhnya berangsur meraih kasur lipat tipisnya, mengangkat sedikit kesulitan tubuhnya untuk berbaring di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver]
Teen Fiction"Segini juga Keenan udah lebih dari bahagia, denger ayah udah gak benci Keenan lagi, denger ayah sayang sama Keenan, denger ayah udah sedikit nerima hadir Keenan, semua udah cukup buat Keenan lebih dari bahagia, pengakuan dari ayah yang selama ini K...