Part.44 || Harapan

4.8K 540 51
                                    

"Segini juga Keenan udah lebih dari bahagia, denger ayah udah gak benci Keenan lagi, denger ayah sayang sama Keenan, denger ayah udah sedikit nerima hadir Keenan, semua udah cukup buat Keenan lebih dari bahagia, pengakuan dari ayah yang selama ini...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Segini juga Keenan udah lebih dari bahagia, denger ayah udah gak benci Keenan lagi, denger ayah sayang sama Keenan, denger ayah udah sedikit nerima hadir Keenan, semua udah cukup buat Keenan lebih dari bahagia, pengakuan dari ayah yang selama ini Keenan dambain, udah Keenan dapetin. Bukannya bakalan keliatan serakah kalau Keenan minta lebih dari semua itu sama Allah?" (Rasendra, 2k21)

.
.
.
🥀🥀🥀










Bukan hanya bualan, ketika orang lain mengatakan jika penyesalan itu selalu datang terlambat. Bukan, Ardian bahkan mengalaminya sendiri.

Ketika ucap laknatnya dulu tentang mengatakan dengan lantang pada sang putra jika ia tak pernah mengharap hadirnya ada, tak pernah menginginkan hidup si bungsu dan lebih berharap jika putranya itu tak pernah ada di hidupnya.

Ia menyesali itu sekarang, teramat menyesalinya.

Jemarinya di satukan sayang, meremat hangat semu dingin telapak tangan putranya, "bungsunya ayah-"

Wajahnya penuh lebam, lukanya sudah di bersihkan oleh Barra beberapa saat yang lalu tanpa melepas kontak dengan sosok manis di atas brankar.

Tatapnya kosong sejak tadi, dengan air mata yang tak henti meluncur membasahi wajahnya, "kuat, hm? Maaf, ayah egois lagi. Maaf." Barra di ujung ruangan sana bahkan tak mampu menahan isakannya, beradu lirih dengan isakan sang ayah disana.

"Ayah gak bermaksud nyakitin kamu lagi, ayah-" wajahnya di tenggelamkan di celah lengan tak terinfuse putranya, meredam tangisnya yang semakin menggema lirih disana.

Darren melihatnya, membuang wajahnya ke arah lain dengan air mata yang juga tak hentinya mengalir di pelupuknya. Tanpa suara, dadanya luar biasa menyesak.

Kenapa Tuhan senang sekali mempermainkan jalan takdir adiknya?

Darren hanya sempat berfikir untuk melepas dan mencoba sedikit mengikhlaskan sang adik.

Darren hanya ingin adiknya bahagia, tak merasakan lagi sakit, dan juga tak perlu menangisi takdirnya yang menyedihkan.

Tak masalah untuk dirinya yang mungkin akan merasa sangat kehilangan dan mungkin akan sedikit sulit untuk melepasnya, Darren lebih memilih Keenan yang bahagia bersama bundanya ketimbang di paksa hidup di dunia dengan segala lukanya.

Darren bersumpah, jika saja Tuhan mau menukar jalan takdirnya, tak masalah jika ia harus di tukar dengan jalan takdir adiknya. Lebih baik ia yang merasakan segala sakitnya, daripada harus terus melihat adiknya sakit karena lukanya.

Ardian mungkin memang benar-benar menyesali semua kesalahannya, mungkin juga orang tua itu menyadari jika seberharga apa Keenan bagi hidupnya. Darren bahkan tak bisa marah saat melihat seberapa menyedihkannya orang tua itu dan seberapa besar penyesalan yang ia dapatkan sekarang.

[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang