Part.43 || Lelapnya Keenan

5.8K 536 28
                                    

"Apa gak ada hal lain yang bisa kalian kasih ke dia selain luka?" (Darren, 2k21)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa gak ada hal lain yang bisa kalian kasih ke dia selain luka?" (Darren, 2k21)
.
.
.
🥀🥀🥀



















Hidup, mati seseorang itu pada dasarnya Tuhan yang menentukan, dan kita yang hanya sebatas umatnya, hanya mampu berusaha dan banyak-banyak berdoa.

Tiga tahun Darren melakukan segalanya, tak kurang-kurangnya ia berusaha dan tak lepas dari doa setiap detiknya. Tak lepas dari ibadah wajib, pun Sholat malamnya.

Meminta pada Sang Kuasa untuk memberi umur yang panjang dan kesehatan pada sosok rapuh yang ada di hadapannya kini, tubuh ringkih yang bahkan di pasangi berbagai macam alat medis untuk menopang hidupnya.

Darren mengerti, setelah ini—

Iya, setelah ini mungkin ia takkan bisa lagi melihat sehangat apa tatap karamel itu menatapnya, tak bisa lagi melihat semanis apa senyum tulusnya lagi, dan selepas apa tawa renyahnya. Darren hanya perlu mempersiapkan segalanya, segala konsekuensinya.

Jemarinya di satukan dan menggenggamnya dengan sangat hangat, "makasih," bibir semu pucat nya bergumam lirih, bergetar hebat dengan tangis yang terdengar pelan melirih.

"Makasih udah tetep berjuang sampai detik ini." Tak ada sahutan, hanya suara monitor kecil di samping brankarnya yang mengalun lirih.

menandakan jika tahap terluka sang adik sudah di luar batas kemampuannya, Keenan lelah dan beruntung tak sampai menyerah.

Entah Tuhan yang masih berbaik hati mendengar doanya, atau adiknya yang memang masih mengharap bahagianya akan datang.

"Bang," suaranya serak, memanggil dengan lirih sosok tinggi itu di ambang pintu tak berani masuk, "pergi." tekannya pelan, menelusupkan wajahnya di celah lengan adiknya.

"Maaf,"

"Pergi Barra! Apalagi yang lo mau? masih kurang puas, iya? Apa Keenan  harus mati dulu biar kalian puas? Iya?!"

Kepalanya terangkat, mengusap pipi tirus adiknya sayang, "kenapa kalian datang lagi kalau misalnya cuman buat keadaan Keenan semakin memburuk? Gue gak tau— sehancur apa hatinya sekarang."

Barra menunduk, mengepalkan kedua tangannya berusaha mati-matian menahan isakan lirihnya, "dan itu karena kalian." sambungnya pelan, mengusap punggung tangan anak itu sayang. Jeda cukup lama, menyisakan bunyi stabil monitor kecil di samping brankar.

"Apa gak ada hal lain yang bisa kalian kasih ke dia selain luka?" ucapnya lagi, menoleh ke arah pintu dimana pemuda jangkung itu berada.

"Selain luka, Barra. Apa gak ada? Seenggaknya kalau kalian gak bisa ngasih dia kasih sayang, tolong jangan terus noreh luka di hatinya." air matanya kembali lolos, menggenang di wajahnya yang kian memucat,

[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang