"Bunda gak ngerti, dan sampai kapanpun gak akan pernah ngerti, keluarga kandung Keenan aja ngebuang Keenan karena Keenan nyusahin, Cuman jadi beban, dan bawa sial di hidup mereka. Apalagi Kak Darren, kan bunda?" (Rasendra, 2k21)
.
.
.💚💚💚
Darren masuk, diikuti Barra di belakangnya setelah lama tak ada sahutan pun tak ada yang membukakan pintu untuk mereka, namun nyatanya pintu kontrakan sederhana itu tak di kunci sang pemilik.
Menampakan dua orang yang tengah terduduk di lantai yang dingin dengan sang adik yang menyandar di dinding dengan wajah pucat nya dan sang bunda yang tengah terisak di sebelahnya.
"Bunda, dek-" ucapnya mengudara, langsung berjongkok dan membingkai wajah pucat sang adik.
"Waalaikumsalam." ucapnya pelan, menatap sendu netra legam lawan bicaranya, Darren tak menyahut. Namun air matanya meluruh begitu saja.
Keenan rindu, pada sosok menyebalkan di depannya itu. Sangat teramat rindu sampai malam-malam sebelumnya ia yang selalu merasa sesak, tiap kali rindu itu hadir.
Darren terkekeh lirih, "berdarah." ucapnya kemudian, menyeka sudut bibir si bungsu dengan sayang. Keenan ikut terkekeh dengan kepala yang mengangguk pelan.
Dengan hati-hati, yang lebih tua mengangkat tubuh ringkihnya, membaringkannya dengan pelan di atas tempat tidurnya, dan menyingkap pelan surai basahnya.
Tubuhnya sedikit berajak, mencari butir obat yang ssdikitnya mampu mereda sakitnya, "ini," sang bunda menyerahkan satu tabung sedang ke hadapan Darren yang di balas senyuman hangat darinya.
Barra inisiatif, beranjak menuju satu-satunya ruangan lain yang ada disana, dapur. Tentu saja, mengambilkan segelas air hangat untuk sang adik.
Melihat sebentar situasi dapur yang lumayan rapih, hingga netranya tanpa sengaja melihat satu rak berisi persediaan makanan milik nya.Makanan yang bahkan begitu dilarang untuknya. Membuat dadanya lagi-lagi menyesak.
Kakinya kembali melangkah menuju ruang tengah setelah mengambil satu gelas sedang air hangat di tangannya.
Duduk di samping Darren, tangannya menyodor pelan, memberikan satu gelas air hangat yang tadi ia bawa pada Darren tanpa sedikit pun melepas kontak mata dari tubuh ringkih di hadapannya yang selama beberapa minggu membuat kekacauan pada hati mereka.
Kepala Keenan kembali menyandar pada dinding, rasanya sakit saja. Tidak, tapi sangat sakit hingga beberapa saat kemudian netra legam Itu memejam, menetralkan rasa sakit di kepalanya.
Untuk kesekian kalinya, sakitnya kembali kambuh. Lebih parah dari sebelumnya, hingga rasanya kepalanya akan pecah saat itu juga.
Sakit, Demi Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver]
Teen Fiction"Segini juga Keenan udah lebih dari bahagia, denger ayah udah gak benci Keenan lagi, denger ayah sayang sama Keenan, denger ayah udah sedikit nerima hadir Keenan, semua udah cukup buat Keenan lebih dari bahagia, pengakuan dari ayah yang selama ini K...