"Besok kita pulang,"
"...pulang ke Jepang tapi."
.
.
.
💜💜💜Disini mereka, kembali ke taman rumah sakit setelah sebelumnya Ardian memanggil seorang perawat untuk sebentar menjaga putranya sampai Darren atau Barra kembali.
Hening cukup lama, keduanya saling bungkam, tak ada yang ingin mengawali pembicaraan saking sibuk nya dengan isi pikiran masing-masing.
"Dunia sempit ternyata." Ardian memulai, menundukan kepalanya dengan suara kekdhan lirih.
"Ternyata karyawan ayah itu- Keenan?" Dharma menoleh, tak ada niatan menyahut dan hanya menatap dalam manik legam menantunya.
"Mirip Adita, kan yah? Ini pertama kalinya ayah ketemu sama bungsunya Adita, ah~ mungkin bukan pertama kali, tapi udah jauh-jauh hari, tapi ayah gak tau kalau itu cucu ayah sendiri." senyumnya kecil, menatap lurus ke depan.
"Ardian udah bilang, kan tadi? Keenan sakit. Bungsunya Ardian sakit." ucapnya lagi, menoleh dan menatap tepat di netra sang ayah.
"Leukimia, ayah juga udah denger, kan tadi? Stadium akhir. Adita nurunin sakitnya sama dia." air matanya meluruh begitu saja dan dengan cepat menghapusnya kasar.
"Bodohnya Ardian yang gak tau kalau waktu itu istri Ardian lagi sakit."
Bahkan Dharma pun tidak.
Pria paruh baya itu bahkan mati-matian menahan sesak di dadanya.
"Adita sakit?" Dharma berucap pelan, "hm, sakit yang sama kayak Keenan." sahutnya tak kalah pelan. Dharma menatap kosong tongkat dalam genggamnya.
"Ayah- gak tau."
Senyum Ardian kecil namun sarat akan luka, "Sengaja, Adita sengaja nyembunyiin sakitnya buat mertahanin janinnya waktu itu, janin kecil yang sekarang tumbuh jadi anak kuat, ayah tau apa yang dia bilang ke Abian temennya?"
Dharma menoleh, menunggu ucap selanjutnya "-kita yang terlalu bahagia buat nyambut malaikat kecil kita lahir ke dunia. Adita gak mau kita kecewa karena harus gugurin kandungannya waktu itu untuk pengobatannya." Hening, Dharma tak menyahut.
"Semalaikat itu hati Istri Ardian, putri kesayangan ayah. Dan dengan baiknya Allah nurunin hal itu juga sama Keenan. Hatinya malaikat, senyumnya mirip banget sama Adita-" terkekeh, Ardian kembali menyeka kasar air matanya.
"Mukanya juga. Hidung, mata, bibir semuanya kayak replika nyata Adita, kan yah?" Dharma tak menyangkal.
Pantas saja.
Melihat Keenan untuk pertama kalinya saat itu, tanpa berpikir panjang ia langsung menerimanya sebagai karyawan di kedainya. Seperti melihat sosok sang putri dalam wujud pemuda sembilan belas tahun kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver]
Teen Fiction"Segini juga Keenan udah lebih dari bahagia, denger ayah udah gak benci Keenan lagi, denger ayah sayang sama Keenan, denger ayah udah sedikit nerima hadir Keenan, semua udah cukup buat Keenan lebih dari bahagia, pengakuan dari ayah yang selama ini K...