Part.42 || Akhir Kisah Nayazva

5.5K 569 55
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa harus pamit? Bukannya hadir kamu emang gak pernah ada di hidup mereka? Terus buat apa pamit? Bukannya kamu pamit atau nggak, semua gak akan ada yang berubah? Ayahnya Barra gak mungkin berubah pikiran, dan Barra gak akan pernah bisa ngebantah orang tuanya, kan? Apa— apa yang masih kamu harepin dari mereka?"

.
.
.

🥀🥀🥀




Darren kali ini tak main-main dengan ucapnya. Hanya Berpamit pada Abian dan Razeta, dirinya dan adiknya bahkan telah sampai setengah jam yang lalu di bandara. Dengan barang bawaan seadanya, dan mantel tebal yang terpasang apik di tubuh adiknya. Mereka pergi subuh sekali dari rumah sakit.

Tentu saja sudah mendapat izin dari Firman.

Tatap Keenan mengedar dengan sendu, "semua bakal baik-baik aja." Darren mengerti saat raut sedih tercetak jelas di Wajah pucatnya, menggenggam dengan sangat hangat jemari dingin adiknya.

Pergi diam-diam dari Barra dan ayahnya, membuat Keenan merasa bersalah. Ia—

Pergi tanpa pamit.

Pikirnya mengedar. Apa tidak masalah? Apa mereka takkan merasa kehilangannya? Apa Barra dan ayah nya tidak akan sedih nantinya?

Tapi—

Apa mungkin?

Apa mungkin mereka akan merasakan semua yang ia pikirkan, atau justru sebaliknya?

Darren berjongkok di depannya, membuat anak itu sedikit terkejut dan mengernyit tak mengerti, jemarinya di genggam hangat, "—gak perlu mikirin sesuatu yang emang gak usah kamu pikirin. Kamu percaya' kan sama kakak?"

"Apa gak masalah pergi tanpa pamit?" cicitnya pelan, menatap tepat di huzle legam Darren dengan sayu, "mereka juga pernah ngelakuin ini ke kamu, ninggalin kamu tanpa pamit. Kamu lupa?"

Keenan mengingatnya, hanya saja kasusnya berbeda.

Saat itu mungkin Barra dan ayahnya sama sekali tak menganggap hadirnya pernah ada, tapi bagi Keenan sekarang hadir mereka yang selalu ada, dan akan selalu ada sekalipun hidupnya tak berarti apapun bagi mereka. apa mungkin ia akan pergi begitu saja?

Keenan bukan Barra atau Ardian, Keenan tetap Keenan yang terus dan selalu menyayangi mereka bagaimanapun perlakuan mereka padanya. Ia menyayangi mereka walaupun tak pernah mendapat balasan atas semuanya.

"Tapi— Keenan belum pamit." suaranya parau berucap, Darren menghela pelan. Meresleting mantel adiknya yang sedikit terbuka.

"Kenapa harus pamit? Bukannya hadir kamu emang gak pernah ada di hidup mereka? Terus buat apa pamit? Bukannya kamu pamit atau nggak, semua gak akan ada yang berubah? Ayahnya Barra gak mungkin berubah pikiran, dan Barra gak akan pernah bisa ngebantah orang tuanya, kan? Apa— apa yang masih kamu harepin dari mereka?"

[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang