"Bunda, sakit. Mau pulang!"
.
.
.
.Keenan, Anak usia sepuluh tahun, penyuka hujan dan segala yang bersangkutan dengan senja.
Katanya, 'hujan itu berasa kayak bunda lagi nenangin Keenan. Bunda lagi meluk Keenan yang rindu sama dia. Dan bunda- lagi ngehibur Keenan, kalau bakal ada bahagia setelah lara.'
Tangan kecilnya begitu terampil menyemirkan semir di sepatu salah satu pelanggannya, senyumnya cerah secerah pelangi. Tak menjadikan beban, jika sebenarnya hidupnya tak semenarik itu.
Sepulang sekolah, ia tak langsung pulang. Memanfaatkan waktu pulang sore ayahnya untuk mencari beberapa lembar uang untuk makan, membeli beberapa perlengkapan sekolah dan biaya hidupnya sehari-hari.
Ayah?
Tidak, Keenan tak mendapatkan sepersen pun darinya. Sejak usianya menginjak tujuh tahun, ia tak lagi di beri biaya oleh sang ayah.
Makan?
Keenan juga tak boleh memakan apapun yang di sediakan di rumah.
Katanya, 'udah untung kamu saya kasih tumpangan tempat tinggal.'
Baik, Keenan tak masalah. Ada benarnya, sudah seharusnya ia begitu berterima kasih pada sang ayah. Masih mau menampung seseorang sepertinya.
Saat itu, usianya baru delapan tahun. Tak mengerti apapun dan hanya menurut. Mulai mencari pekerjaan serabutan untuk bertahan hidup.
Awalnya ia sedikit kesulitan, namun seiring berjalannya waktu, ia punya Tuhan yang takkan membiarkan hambanya kesulitan terlalu lama. keenan terbiasa, dengan semua kesulitan yang di jalaninya.
"Heh?" kepala anak sepuluh tahun itu mendongak saat sapa sedikit terkejut itu seolah berucap padanya. matanya menyipit memastikan, dan benar. Gerombolan teman-teman sekolahnya menatap remeh kearahnya.
"Wah! Lo kerja? Nyemir disini? Gila sih, miskin." senyumnya tak lepas, kenapa? Ada yang salah? Dia bekerja halal, bukan mencuri.
"Kok bisa sih sekolah kita masukin anak miskin kayak dia?" yang lain kembali menimpali namun tak di ambil pusing, Keenan masih fokus pada pelanggannya.
Bagaimana pun, ia tak boleh mengecewakan pelanggan pertamanya untuk hari ini. Seorang pekerja kantoran yang mungkin baru pulang bekerja dan menghabiskan waktu lelahnya di tempat perbelanjaan mewah yang sekarang ia jadikan ladang mencari uang.
"Sini,"
'Srettt'
Diamnya Keenan terusik saat salah satu dari mereka menarik keras tas selempangnya dan mengacak-ngacak isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver]
Teen Fiction"Segini juga Keenan udah lebih dari bahagia, denger ayah udah gak benci Keenan lagi, denger ayah sayang sama Keenan, denger ayah udah sedikit nerima hadir Keenan, semua udah cukup buat Keenan lebih dari bahagia, pengakuan dari ayah yang selama ini K...