"kalau gue suruh buat lo pergi dari hidup gue, bisa?".
.
."Heh!"
Itu Barra, dengan tatap sengit dan kedua tangan bersilang di dada, pemuda itu melempar satu bungkus mie instan tepat di wajah sang adik "masakin, laper gue." ucapnya acuh, mengabaikan seluruh luka di tubuh adiknya yang beberapa jam lalu habis di pukuli ayahnya.
Keenan susah payah bangkit, mengangguk pelan sebagai persetujuan "iya, bentar." suaranya pelan menyahut, meraih bungkus mie di depannya.
"Buruan! Lama!" kasar ia meraih kedua tangan Keenan, memaksanya bangkit hingga menimbulkan ringisan keras.
"-Lemah! Buruan brengsek! Gue laper!" lagi-lagi hanya anggukan, kakinya pelan melangkah, menjadikan dinding sebagai tumpuannya.
Barra menatapnya, sedikit tak tega saat masih ada rembesan darah di punggungnya "heh," tubuh anak itu berbalik, menatap bingung ke arahnya "gak jadi, mau delive aja." ucap Barra justru membuat lipatan di kening Keenan semakin banyak, namun tak banyak bertanya.
Kakinya melangkah kembali berbalik, berjalan tertatih kembali menuju kamarnya melewati Barra yang masih berdiri di samping pintu kamarnya.
Tubuhnya sakit semua, dan kepalanya terasa sangat berat. Rasa-rasanya ia ingin tidur dan mengistirahatkan tubuh lelahnya.
Barra masih belum beranjak, memperhatikan tiap langkahnya "Keenan," lagi-lagi Keenan berbalik, semakin mengernyit dalam saat namanya di panggil pelan "hm?"
Barra keceplosan, mengedar pandangnya gugup saat netra legam itu menatapnya "idung lo berdarah!" ucapnya kemudian, Keenan menyentuhnya pelan, menatapnya sebentar darah di jarinya.
"Oh, iya."
Barra aneh sendiri, hanya itu jawabannya?
"Berdarah, bego! Bukan cuman oh iya doang." kedua alis Keenan saling menukik heran, ada apa dengan Barra hari ini?
Tumben sekali peduli?
"Iya nanti di bersihin." tubuhnya pelan kembali terduduk, menyingkap pelan selimut tipisnya dan mulai kembali membaringkan tubuhnya di kasur lipat nya "kakak gak akan nyuruh apa-apa lagi, kan? Kepala Keenan Sakit, mau di tidurin sebentar." Barra berdecak, melangkah pergi mengabaikan tanyanya.
Keenan menghela, lebih memilih tak peduli dan mulai memejamkan matanya saat di rasa kepalanya semakin terasa berat. Mengabaikan cairan merah pekat yang terus keluar di hidungnya. Nanti juga berhenti sendiri. Batinnya.
Besok pagi, mungkin ia akan mencuci semua yang terkena noda darahnya. Sekalian. Pikirnya.
Buk!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver]
Teen Fiction"Segini juga Keenan udah lebih dari bahagia, denger ayah udah gak benci Keenan lagi, denger ayah sayang sama Keenan, denger ayah udah sedikit nerima hadir Keenan, semua udah cukup buat Keenan lebih dari bahagia, pengakuan dari ayah yang selama ini K...