"Lisannya si Rasen sumpah ya!"
.
.
..
Tatap Keenan sejak tadi tak lepas dari luar jendela ruangannya yang langsung mengarah pada jalanan kota yang luas, saat menjelang pagi setelah Sholat Subuh pun ia bisa dengan puas menikmati terbitnya sang mentari.
Dunia tetap baik-baik saja, kan?
Senyumnya kecil dan pelan ia menunduk memainkan jemarinya di atas selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya.
Ia rindu, tapi entah pada siapa. Bukan Darren, atau ayah Abian. Seseorang yang memang seharusnya sudah menjadi seorang ayah yang memang mengaku sebagai ayahnya. Tapi entah kenapa ia rindu sosok lain, tapi siapa?
Paginya masih sama, dan Haris masih tetap melakukan pengecekan setiap dua jam sekali. Jika di pikir-pikir, Keenan bosan juga melihat dokter yang mungkin seusia dengan Abian itu. Tiap hari melihat wajahnya.
"Dek," kepala Keenan menoleh, menatap aneh Darren yang sudah rapih dengan kemeja biru muda yang tak ia masukan ke dalam celana kainnya.
"Kemana?"
"Ke sekolah dulu bentar, ya?" Keenan mengernyit "ngapain? Mau sekolah lagi?" Darren mendengus mendengar pertanyaan yang bahkan terdengar ambigu di telinganya "nanya nya kadang gak pernah di pikirin lagi."
"Ya sekolah kan tempatnya belajar?"
"Ngga, kakak ngajar disana." bibirnya terbuka membentuk huruf O dengan sangat besar "tapi kok ada sih sekolah yang nerima guru modelan kakak?"
"Lisannya si Rasen sumpah ya!" Darren berjalan cepat, mengacak gemas surai legamnya membuat sang empu mengerang tak suka "becanda becanda, tapi ngomong-ngomong kak, Rasen sekolah lagi kapan? Sekolah rasen dimana? Apa di sekolah yang sekarang kakak guruin?"
Lagi-lagi Darren tercekat, berdehem pelan menetralkan degup jantungnya. Berbohong apa lagi sekarang?
Darren tak langsung menyahut, malah menggulir bola matanya gelisah, membuat Keenan memiringkan kepalanya menunggu jawaban. Darren beranjak sebentar menuju tas kerjanya diatas meja yang sedikit jauh dari jangkaunya.
"Rasen masih pelajar, kan?"
"Iya, tingkat akhir." Darren menyahut pelan, kepala Keenan mengangguk mengiyakan "yaudah sana pergi, nanti kesiangan." titahnya kemudian, tak jadi bertanya dimana sekolahnya mengingat waktu bahkan sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima belas menit.
"Hm. kakak berangkat dulu, bentar doang kok. Cuman mau urus-urus berkas." Keenan aneh sendiri, kenapa tiap ucap Darren selalu membuatnya ingin kembali bertanya? Demi Tuhan, itu menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver]
Teen Fiction"Segini juga Keenan udah lebih dari bahagia, denger ayah udah gak benci Keenan lagi, denger ayah sayang sama Keenan, denger ayah udah sedikit nerima hadir Keenan, semua udah cukup buat Keenan lebih dari bahagia, pengakuan dari ayah yang selama ini K...