"Keenan Nayazva!"
.
.
.💚💚💚
Darren benci, sangat benci pada Barra begitupun ayahnya. Mengabaikan status ayah dan saudara kandung Keenan, sifat dan sikap mereka bahkan jauh dari kata manusiawi.
"Barra!" suara Darren berat mengintruksi, membuat pemuda berjubah putih itu menghentikan langkah gontainya saat sebelumnya mengatakan jika keadaan Keenan sudah stabil.
"Gue mau lo gak usah muncul lagi di depan Keenan," Ini berbanding terbalik dengan apa yang di katakannya pada Keenan beberapa saat lalu, emosinya tiba-tiba saja memuncak, mengingat kembali seberapa kasar mereka pada adik kesayangannya itu.
Barra mengangguk lemah "iya." tubuhnya berbalik setelah menjawab singkat dan juga terdengar sangat lemah, berjalan pelan dengan dinding sebagai penyangga tubuhnya yang tiba-tiba saja melemas.
Darren memperhatikan, bagaimana rapuhnya seorang Barra sekarang. Barra yang angkuh yang dulu bahkan menyuruh adiknya untuk menghilang selamanya dari hidupnya. Sekarang justru begitu hancur.
Darren belum puas, rasanya ia ingin sekali memukul habis-habisan orang itu. Jika saja Keenan tak menyayangi sosok yang kini semakin menjauh dari pandangnya, sudah di pastikan Darren akan menghabisinya saat ini juga.
"Arrgh!" kasar ia mengusap wajahnya, rambutnya berantakan dengan wajah kusut. Ada sedikit jejak air mata di sudut matanya. Bagaimana ia begitu panik tadi.
Kakinya di bawa melangkah memasuki ruangan Keenan, langsung di sambut dengan bau khas obat-obatan, ia melangkah mendekat. Tidak ada masker oksigen, hanya ada Nasal Kanul yang terpasang di hidungnya.
Wajahnya masih dan akan terus terlihat pucat, tanpa sari dengan binar yang meredup. Ada lingkar hitam juga di sekitar kelopak indahnya yang sekarang sedikit cekung. Keenan kehilangan banyak berat badan akhir-akhir ini. Makanan yang masuk ke perutnya saat itu juga ia kembali keluarkan. Dengan alasan mual dan wajah yang langsung memerah.
"Kakak harus gimana?" suaranya berbisik parau, mengusap pelan rambut hitam adiknya "kasih tau kakak, kakak harus gimana, dek?!" tangisnya teredam, menelusupkan wajahnya di celah lengan Keenan, pemuda itu kembali menangis.
Walaupun tadi Barra bilang keadaan Keenan sudah stabil, namun nyatanya ia tau jika Keenan semakin sakit.
Darren bukan siapa-siapa bagi Keenan, hanya orang asing yang menyayanginya seperti adiknya sendiri, tidak lebih dari itu.
Begitupun Keenan, bagi Keenan mungkin Darren hanya orang baik saja yang rela merawatnya. Dan itu tidak lebih.
Haruskah Darren mengembalikan keenan pada keluarganya? Keenan begitu merindukan mereka, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]RASENDRA [JAEMIN.Ver]
Teen Fiction"Segini juga Keenan udah lebih dari bahagia, denger ayah udah gak benci Keenan lagi, denger ayah sayang sama Keenan, denger ayah udah sedikit nerima hadir Keenan, semua udah cukup buat Keenan lebih dari bahagia, pengakuan dari ayah yang selama ini K...