Setelah selesai makan, aku bersiap siap untuk pergi menghantarkan bekal ke suamiku di restorannya. Tidak setiap hari, biasanya ia pulang kerumah untuk makan siang, tetapi karena hari ini ia sedikit sibuk jadi aku yang menghantar makanan untuknya. Aku masih bertanya tanya kepada suamiku, mengapa ia ingin aku menghantar makanan padahal ia berada direstoran yang mewah dan terkenal dan itu adalah restoran miliknya sendiri, ia bisa makan disana saja dengan gratis tanpa membayar sedikitpun.
"Mama mau ke restoran papa ya!" kataku yang sudah bersiap.
"Hartika mau ikut!" kata anaku.
"Yaudah, tapi Lili ikut nggak?" tanyaku.
"Enggak katanya, kan Lili orangnya pemalu, apalagi nanti kan direstoran papa kan ramai"
"Hantu masih bisa dibilang orang ya?" ocehan Kasim yang duduk sambil membaca buku.
"Yaudah yuk!" kataku dan langsung mengandeng tangan anakku menuju mobil. Aku tak khawatir Kasim ditinggal dirumah, karena Lili adalah hantu yang baik dan tak ingin menyakiti siapapun, kecuali orang jahat yang ingin mencelakai Hartika. Lili tak hanya baik kepada Hartika tetapi baik juga kepadaku, Hasan dan Kasim.
Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, dan sampai di restoran Hasan dengan selamat. Aku masuk kerestoran Hasan dengan disapa oleh penjaga "Selamat siang, bu!"
"Siang!" jawabku dan Hartika.
Aku masuk keruangan Hasan dengan Hartika, ruangan berwarna cokelat dan bernuansa minimalis yang menyajikan ketenangan jiwa dan aku mendapati Hasan sedang mengetik sesuatu di laptopnya.
"Papa!" kata Hartika menghampiri ayahnya itu. Hartika lalu memeluk Hasan dan sedikit bercerita tentang kejadian Hari ini. Saat ia selesai bercerita aku menyuruhnya untuk menunggu diluar.
"Hartika main diluar dulu ya, mama mau bicara sama papa!"
"Iya"
"Jangan main di dapur ya, duduk aja!"
"Iya, pa!"
Saat Hartika sudah keluar, aku mulai membuka makanan untuk Hasan dan memberikannya untuknya. Hasan makan dengan lahap, aku terus menatapnya saat sedang makan, sambil bercerita bercerita sedikit.
"Kamu kenapa nggak mau makan makanan dari sini?" tanyaku.
"Enggak apa apa" jawabnya singkat
"Enggak enak?" tanyaku, yang mencoba menebak-nebak.
"Kalau nggak enak, restoran ku nggak akan terkenal lah!" jawab Hasan.
"Terus?" tanyaku penasaran.
"Ini alasan aku supaya setiap siang bisa ketemu sama kamu!" jawabnya.
"Ooo, gitu!" kataku singkat.
"Lagi pula masakan istri ku yang paling enak!" sambungnya.
"Masak?" kata ku tak percaya.
"Iya. Percaya sama aku" kata Hasan sambil meletakkan tanganku kedadanya.
Hasan melanjutkan makan dan setelah selesai ia besandar dibahuku sambil menggenggam tangankh dan bertanya topik pembicaraan hari ini "Mau cerita apa hari ini?"
"Tentang Hartika" kataku.
"Kenapa? Hartika nakal atau teman gaibnya ada yang jahat?" tanya Hasan panik.
"Enggak kok, tapi apakah kita harus tetap membuka mata batinnya sampai ia dewasa?" tanyaku.
"Entahlah" jawab Hasan, yang juga masih bingung tentang apa tindakan selanjutnya.
"Jika kita tidak mentutup mata batinnya, mungkin sampai dewasa ia tak akan dapat teman!"
"Yaudah, nanti kita bawa ke pada ahli gaib"
"Baik, apakah aku harus tanya dulu ke Hartika?" tanyaku.
"Terserah saja" jawab Hasan.
Aku duduk dan bercanda dengan Hasan yang masih bersandar kebahuku. Saat Hasan bercerita, aku memikirkan sesuatu, yaitu kenapa sampai Hartika mendapat kan keahlian yang begitu besar itu. Apakah itu masalah keturunan atau gen? Atau karena saat aku hamil dan Hasan lupa ingatan lalu mengusirku, dan aku pergi kekuburan ayahku pada malam itu? Kalau karena itu aku selalu berharap dapat mengulang waktu, supaya aku tidak jadi pergi kekuburan saat hamil Hartika, yang menyebabkan Hartika dapat melihat makhluk gaib.
Lamunanku terhenti saat Hartika masuk dan mengajakku untuk pulang "Ma, yuk pulang!"
"Hartikannya sini dulu!"
Hartika mendekat kedepanku dan Hasan dan bertanya. Akupun menanyakan yang ingin sekali aku tanyakan kepadanya.
"Kalau mama buang kekuatan Hartika bagaimana?" tanyaku.
"Hartika nggak suka kalau kekuatan Hartika dibuang!" jawabnya polos.
"Nanti Hartika nggak punya teman disekolah dong?" bujuk Hasan.
"Biarin aja, yang penting Hartika punya teman gaib yang baik" jawabnya.
"Apakah teman teman Hartika baik semua?" tanyaku.
"Memang ada yang jahat, tapi kan mama selalu pesan supaya baca doa. Buktinya tadi saat main ditaman restoran papa, ada hantu yang jahat, jadi Hartika bacain doa, hantu nya jadi baik" jawab Hartika.
"Beneran?" tanya Hasan.
"Iya. Namanya Jonny" kata Hartika.
"Oke, mama sama papa nggak akan buang kekuatan Hartika. Tapi, kalau suatu saat Hartika tidak suka lagi dengan kekuatan itu atau dijahatin sama hantu jahat, Hartika harus bilang sama mama atau papa ya! Hartika harus jujur ya!" kataku.
"Iya, Hartika janji" kata Hartika.
"Oke. Yuk kita pulang, salim sama papa dulu!"
Saat diperjalanan pulang semua berjalan baik, aku dan Hartika pun sampai dengan selamat sampai kerumah. Kasim pun dalam keadaan baik baik saja. Keputusan ku kini sudah bulat, untuk tidak menghilangkan kekuatan dari Hartika tanpa persetujuannya. Aku hanya berpikir bahwa mungkin saja esok nanti kekuatannya akan berguna dan dapat membantu banyak orang atau Hantu lainnya.
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
HASAN [END] ✔
RomanceGENRE : Percintaan [12+] • END • Sedang Revisi • Completed ✔ Aku Najwa Nurdiya, Anak SMA berkulit sawo matang, mata cokelat, tinggi semampai, dan berhijab. Aku menemukan cinta pertamaku saat SMA dimana lelaki itu adalah kakak kelasku HASAN, laki lak...