BAB 42. Dekat

97 15 19
                                    

    Hari sudah menjadi siang, yang tadi paginya dingin nan sejuk telah menjadi panas dan terik. Aku duduk di sofa biru tua didepan tv sambil menidurkan Kasim didalam ayunan ini, menonton beberapa berita. Lantunan nada nyanyian menidurkan seseorang terdengar menggemakan ruangan. Tak butuh waktu lama ia pun tertidur dengan menggunakan kaos hijau ditutupi selimut. Terdengar suara ketukan pintu dari depan, ketukan sedang secara 3 kali.

Tok...tok...tok...

    Aku bangun dari sofa menuju depan untuk mengecek siapa yang telah pulang. Hasan? Atau Nayan? Setelah dibuka tak ada orang diluar, perasaan campur aduk muncul dibenakku.

"Siapa sih? Iseng banget" kata ku yang menganggap hanyalah orang iseng yang mengetuk pintu.

    Saat masih didepan terdengar suara jatuhan benda dari dalam, seperti jatuhan sebuah sendok makan aluminium. Pikiranku benar benar kacau kali ini, menanyakan siapa yang telah menyelinap kedalam. Aku pun berlari membiarkan pintu depan yang masih aku belum tutup tadi. Berlari dengan sangat kencang. Saat sampai aku mendapati seseorang tengah akan meraih Kasim di ayunan yang tengah tidur.

"Hei, siapa kamu" kataku mengambil Vas bunga logam dari meja disampingku, berlari untuk melawan orang tersebut.

    Aku mendorong orang tersebut sampai jatuh tersungkur walau ia adalah laki laki yang sangat tegap dan kuat. Membelakangi Kasim untuk menghalangi orang tersebut mengambilnya dari ku. Mengayunkan vas itu kepada lelaki itu.

"Pergi kamu dari sini atau aku akan teriak!"

"Ck, minggir kamu!"

"Aku tak akan biarkan kamu mengambil Kasim"

Aku terus memukulinya dengan Vas bunga dibagian kepalanya sangat keras tetapi tak berpengaruh besar baginya, lalu aku menjatuhkan vas itu dan mengabil tongkat baseball yang ada di sudut dekat taman samping.

"Jangan berani melawan atau kamu akn tau akibatnya!"

"Ck, takut?! AAAA....." Kataku sambil memukulkan tongkat baseball yang lumayan berat itu ke badannya.

   Pertama aku memukul nya dibagian punggung belakang, lalu kaki dan lalu kepala. Namun ia masih sanggup berdiri walau telah babak belur, lalu aku memutuskan untuk terus memukulinya dibagian sensitifnya yaitu diselangkahannya. Setelah itu terus memukul punggung belakangnya, akhirnya laki laki itu tumbang juga. Akupun segera mengambil Kasim dari ayunan untuk mengajaknya pergi dari sini, namun belum kasim ku pegang lelaki itu kembali bangun dan menyerangku dengan mendorongku sampai kepalaku membentur meja, namun belum sampai disitu saja perjuanganku, aku kembali bangun dan memukulnya keras di bagian kepala belakangnya hingga ia jatuh pingsan. Sebelum mengambil kasim aku memutuskan untuk mengikatnya terlebih dahulu, ku ikat dia di tangan dan kaki menggunakan tali yang aku ambil dari dapur. Aku segera mengambil kasim dari ayunan yang telah terbangun.

Buk..

Suara dentuman pukulan dari belakangku, namun bukan aku. Melainkan seseorang yang menyerang rang dibelakangku, yaitu Hasan yang menyerang seseorang yang tengah menacungkan senjata api nya ke arahku.

"Haa...saan...!"

"Kasim tidak apa apa?" katanya mendekat dan melihat kasim digendonganku, baru kali ini ia memposisikan dirinya sangat dekat denganku sejak 5 tahun terakhir. Ia mengelus rambut kasim yang tengah asik memainkan bros bunga panel di dadaku.

"Hei kalian sedang apa?" kata seseorang yang baru saja masuk, yaitu Nayan.

"Kenapa kalian membuat pesta tanpa ku ha?" katanya sambil melihat sekeliling yang sudah kacau dan berantakan.

HASAN [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang