BAB 46. Sebuah bukti

105 12 8
                                    

    Pagi ini aku bangun dan melihat Hasan masih tidur lelap di kasurnya, dan aku memutuskan untuk mandi. Saat keluar dari kamar mandi, Hasan sudah tidak ada lagi di kamar entah pergi kemana, akupun keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. Aku sempat bertanya kepada orang tua Hasan, namun mereka tak menjawabku.

"Pagi ma, pa,Nay!Hasan kemana?"

Tak ada jawaban sama sekali, mama malah semakin asik memotong cabai, sedangkan papa terus membaca koran di meja makan.

"Kakak, lagi keluar sebentar" jawab Nayan. Sungguh aku gembira saat Nayan menjawabku, karena Nayan masih selalu mendukungku.

"Ooo, makasih" jawabku dan langsung membantu ibu mertuaku memasak didapur, tak ada penolakan dari mama ia lebih fokus membuat makanannya dan aku membuat makananku.

"Mama akan masak apa?" kataku dan kembali tak ada jawaban dari ibunya Hasan.

"Mau dibantuin nggak?" tanyaku dan kembali tak dijawab, karena tak dijawab aku kembali memilih i daun bayam untuk ku masak, sampai Nadia datang dan menyapaku.

"Pagi semua..." sapa Nadia

"Pagi" jawab semua kecuali aku.

"Pagi kak Najwa!"

"Pagi"

    Nadia pergi mendekatiku dan mengambil bahan yang aku ambil tadi dan membantuku, lalu ia melirik ke bagian mama memasak yang sedang melumuri ikan dengan bumbu.

"Mama mau masak apa?" tanyanya

"Ikan goreng" jawab mama

"Kok buat ikan goreng, pakai bayam kak?" tanyanya kepadaku karena aku sedang memilih i bayam yang akan aku masak. Aku tak menjawab nya karena bingung, apakah harus aku menjawab 'mama tak mengizinkan ku membantu atau aku dikucilkan?'.

"Ooo" kata Nadia yang mengerti semuanya tanpa harus aku jelaskan.

"Yaudah aku bantuin ya kak!" sambungnya sambil memegang pudakku.

"Kamu potong bawang bawangnya saja" kataku yang mengerti bahwa Nadia tak bisa memasak.

   Akhirnya makanan masak dan kami hidangkan diatas meja, saat yang lain nya mulai makan, aku lebih memilih menunggu Hasan pulang kerumah yang pergi keluar tanpa kabar hingga sekarang dari pada makan.

"Kak ayo makan dulu?" panggil Nayan.

"Nggak, duluan aja kakak lagi nunggu kakak kamu!" kataku sambil terus menelpon nomor Hasan.

"Udah lah Hasan bukan anak kecil lagi jadi terserah dia mau kemana dan dengan siapa!" kata mama yang seperti sangat tidak suka kepadaku. Saat mama mengatakan 'mau kemana dan dengan siapa' akupun mulai bertanya tanya kemana Hasan pergi? dan kemana wanita duplikatku itu? Apakah mereka pergi bersama?.

"Apakah Hasan pergi bersama wanita itu? Tapi kenapa Hasan langsung mau dekat dengannya, ia tak seperti Hasan ku yang dulu. Apakah ia kecewa dengan ku? Maka maaf!" kataku yang terus menelpon.

   Lalu saat aku duduk dikursi depan sambil menunggu Hasan, ada 2 orang menghampiriku yaitu Nayan dan Nadia. Mereka duduk disampingku dan mencoba menjelaskan kemana Hasan pergi, dan juga mereka mencoba membantuku supaya semuanya kembali percaya bahwa aku adalah Najwa yang asli.

"Kakak nggak usah panik, kakak tadi pamit sama Nayan kok!" kata Nayan.

"Kemana?" Tanyaku.

"Ke mall sama duplikatnya kakak" akupun terduduk diam dan sedikit kecewa dan sakit dihati namun Nadia terus menghiburku.

HASAN [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang