Minggu, pukul 06.00 pagi
Hari ini aku akan pergi ke kota sebelah, untuk mengambil pesanan. Kotanya berada sangat jauh dari rumah, sekitar 30 km. Hari ini aku pergi dengan menaiki jasa travel. Aku sudah bersiap siap dari subuh, aku mengenakan kemeja biru, rok hitam dan hijab berwarna hitam. Hijab yang ku pakai bukan hijab segi empat atau pun persegi panjang, melainkan hijam yang langsung pakai.
"Gelangku mana?" Kataku sambil melihat lihat didekat kasur.
"Ini!" Kata ayah yang melihat ku mondar mandir mencari kesana dan kemari.
"Syukurlah!" Kataku sambil mengambil nya dari tangan ayah, dan memeluk nya.
Aku ke luar dari kamar dan menuju keluar mengambil sandal ku, dan duduk dikursi depan rumah ku.
"Ayah aku pergi ya! Aku nggak lama kok, sore nanti aku pulang" Jelas ku kepada ayah.
"Nggak usah ayah temenin?" Tanya ayah sambil memegang kepalaku.
"Nggak usah yah! Aku bisa kok" Kataku sambil megang tangan ayah dan menciumnya.
"Baiklah, hati hati saja" Kata ayah.
"Assalamualaikum" Kataku dengan membuka pagar rumah.
"Waalaikum salam" Jawaban salam ayah yang melihatku semakin jauh dari rumah.
Aku pergi menuju terminal travel, dan naik ke mobil dengan tujuanku setelah itu duduk dikursi yang telah ku pesan. Disebelahku ada seseorang perempuan yang sedang memainkan Handphonenya dengan jemarinya. Jika dilihat lihat penampilannya sangat mirip denganku mulai dari baju, rok dan hijab, serta tinggi yang hampir sama. Saat duduk dia yang pertama menyapaku, serta memulai ajakan untuk berteman.
"Hai !" Sapanya.
"Hai juga!" Kataku sambil melempar senyum kepadanya
"Nama mu siapa?" Tanya perempuan itu.
"Namaku Najwa, nama kakak ?" ya kakak, melihat buku yang ada dipangkuannya, ia telah masuk ke universitas.
"Nama ku Lauren" Jawab dia.
Lauren mulai bercerita cerita sehingga tidak membuatku bosan dalam mobil dan kami pun saling bertukar nomor handphone. Lauren orangnya asik dan sangat pintar. Aku sering sekali tertawa kecil mendengar ceritanya. Dan aku pun sering bertanya tentang universitas. Dia juga mengundangku untuk datang ke acara pertunangannya 3 bulan lagi.
"Wah! Gelangnya bagus. Apakah kita dapat bertukar gelang?" Tanyanya sambil menunjuk gelang yang ada ditangan kirinya itu, gelang berwarna cokelat.
"Maaf tapi ini gelang persahabatanku!" Jawabku yang masih tersenyum."Tidak papah, aku bisa mengerti kok!" jawab nya sambil melempar senyum.
Senyuman kami berubah seketika menjadi takut, badan kami tiba tiba menjadi lesu. Perasaan takut, cemas,dan sedih tercampur menjadi satu, dimana kejadian tak terduga menimpa kami, yaitu Remnya blong.
"Pegangan erat erat remnya blong!" Kata supir.
Mulai dari kata kata itu, panjatan doa, zikir, serta salawat terdengar dengan jelas, bahkan ada 2 anak kecil yang sedang menangis dengan kuat. Dengan menanyaka apa yang sedang terjadi kepada ibunya. Semuanya hanya pasrah kepada tuhan. Dan mobil kami tidak terkendali dan menggelinding memasuki jurang, jurang yang berada dipinggir jalan, yang ditumbuhi banyak pepohonan dan semak semak. Seketika air mataku jatuh membasahi wajahku yang berlumuran darah. Semua orang sudah tidak bergerak, entah meninggal atau pingsan. Yang hanya terlihat badan kami semua sedang dalam keadaan berlumuran darah.
Drrrrt...drrrtttt
Suara panggilan masuk dari handphone ayahku, nomor tidak dikenal, nomor kawasan indonesia."Selamat sore, apakah benar ini dengan bapak Putyan?" Tanya seorang laki laki itu.
"Benar! Ini dengan siapa ya?" Jawab ayahku.
"Kami dari pihak kepolisian, mengabarkan keluarga anda mengalami kecelakaan, dan sekarang ada dirumah sakit Hartika, untuk di otopsi" Kata polisi tersebut.
"Diotopsi?" Kata ayahku syok.
"Yah pak, karena mayat mayat dari kecelakaan ini, sulit untuk dikenali. Saya harap bapak segera kesini untuk membantu kami mengenali keluarga bapak" Jawab pak polisi.
Seketika ayahku lemas, tidak dapat berdiri namun ia berusaha untuk kuat berdiri dan kerumah sakit. Ayahku sempat bingung akan naik apa, karena dengan pikiran yang hanya cemas denganku, menyebabkannya tak bisa berfikir. Untung saja Hasan mengunjungi rumahku dan melihat ayahku yang sedang panik lagi sedih.
"bapak kenapa pak?" Tanya Hasan
Sambil memegang pundak ayahku."Najwa... Najwa kecelakaan! Saya harus segera pergi kerumah sakit" Kata ayahku yang menangis histeris.
"Kecelakaan! Ayo pak, saya antar bapak!" Kata Hasan sambil membukakan pintu mobilnya yang sedang terpakir di depan rumahku.
Diperjalanan tak disadari, Hasan menangis, namun tidak sampai tersedu sedu. Dihatinya hanya ada kata "kamu harus kuat Naj! Aku akan ada disana! "
Vote dan komentar di bawah ya!
Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
HASAN [END] ✔
RomanceGENRE : Percintaan [12+] • END • Sedang Revisi • Completed ✔ Aku Najwa Nurdiya, Anak SMA berkulit sawo matang, mata cokelat, tinggi semampai, dan berhijab. Aku menemukan cinta pertamaku saat SMA dimana lelaki itu adalah kakak kelasku HASAN, laki lak...