Saat akan segera pergi dari setelah aku makan, aku melewati banyak rumah mewah berjejer dikomplek mahal ini. Aku berhenti tepat didepan rumah yang bernomor 203 karena melihat ada anak kecil laki laki yang sedang duduk dikursi makannya anak-anak kira kira berusia sekitar 9 bulanan ia sedang memakan bubur dengan menggunakan sendok.
Saat akan segera pergi ia menangis karena buburnya tumpah ketanah, karena kasihan aku sempat ingin menjenguknya dan menenangkannya, namun aku ingat bahwa aku bukan siapa siapa, jika aku datang kedekatnya nanti malahan aku disangka penculik, itu sebabnya aku tetap diam ditempat dan kembali berjalan melanjutkan perjalanan tanpa arahku.
"Sudah lah, nanti aku disangka penculik" kataku yang melangkahkan kaki lambat karena terlalu capai untuk berjalan.
Namun saat ku melangkahkan kaki 3 langkah aku kembali mundur karena pikirku lebih baik aku menunggu saat ada yang keluar membantu anak itu, baru aku pergi.
"Nanti anak itu jatuh lagi! Lebih baik aku menjaganya dari sini saja sampai ada yang keluar menjaga anak itu"
Benar saja, saat anak itu mulai bosan dikursi dan masih nengharapkan bubur nya, anak itu pun menunduk kesamping mencoba meraih buburnya tadi sampai sampai kursi makan yang ia duduki tidak seimbang.
"Eh eh..." kataku berlari menjenguk anak itu yang hampir jatuh dari kursinya. Untung saja aku dapat mengambil anak itu sebelum jatuh.
"Halo.. Assalamualaikum" kataku mencoba memanggil orang didalam rumah untuk memberikan anak lucu ini.
"Iya.." kata seseorang yang keluar dari rumah.
"Saya mau memberi kan anak ini, tadi dia hampir jatuh dari kursi" jelasku.
"Ohh, tetima kasih ya" kata ibu ibu itu yang sepertinya adalah neneknya, langsung mengambil anak itu dari tanganku.
"Saran saya lebih baik ibu memanggil pengasuh saja karena tidak baik meninggalkan anak kecil seperti ini sendirian, lagi pula ibu kan sudah lansia jika ia berlari ibu tidak dapat mengejarnya apalagi rumah ibu sangat dekat dengan jalanan" saranku
"Saya sudah memanggil banyak pengasuh tapi tidak ada yang cocok dengan Kasim" jelas ibu itu.
"Oh namanya Kasim ya!" kataku yang memegang kepala yang ditumbuhi rambut tipis itu.
"Duduk dulu dek, biar saya buatkan minum dulu" kata wanita itu.
"Tidak usah bu, lagi pula saya tadi hanya kebetulan lewat saat mau melanjutkan perjalanan" jelasku
"Oh baiklah kalau begitu" jawab wanita itu
"Saya pamit ya bu, assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"Ma...ma..
Dengan mendengar suara mengemaskan itu akupun terkejut, bukan aku saja ibu itu juga terkejut karena mendengar cucunya memanggilku dengan kata mama, aku hanya tertawa dan melanjutkan untuk pergi. Namun saat aku mulai melangkah diantara pagar anak itu menangis.
"Tunggu, sepertinya cucu saya suka dan nyaman sama kamu!" kata wanita itu mendekatiku.
"Iya, sepertinya begitu bu" kataku sambil senyum senyum yang masih meneteng barang bawaanku.
"Bagaimana kalau kamu mengasuh cucu saya?" tawar wanita itu.
"Oh, saya mau bu! Lagi pula saya butuh pekerjaan untuk mencari tempat tinggal" jelasku
"Kamu boleh tinggal disini saat mengasuh cucu saya!" kata wanita itu.
"Oooh, terima kasih banyak bu" jawabku
KAMU SEDANG MEMBACA
HASAN [END] ✔
RomansaGENRE : Percintaan [12+] • END • Sedang Revisi • Completed ✔ Aku Najwa Nurdiya, Anak SMA berkulit sawo matang, mata cokelat, tinggi semampai, dan berhijab. Aku menemukan cinta pertamaku saat SMA dimana lelaki itu adalah kakak kelasku HASAN, laki lak...