BAB 6. Senyuman Termanis

238 40 18
                                    

Pukul 10.30

Kringgggg

Bel pun berbunyi, menandakan jam istirahat. Istirahat adalah waktu yang sangat disukai ku. Sebelum jajan aku akan melaksanakan solat duha terlebih dahulu. Biasanya aku akan mengajak Dinaya, namun hari ini tidak karena dia sedang PMS. Aku pun berjalan membawa alat solatku keluar dari kelas.

"Mau solat ye lo cuy?"kata Dinaya memukul bahuku.

"Iya"jawabku sambil tersenyum saat membalikan badan kearahnya.

"Yaudah, aku tunggu dikantin aja ya, sama Joan dan Nara"kata Dinaya dengan membalas senyumanku.

Aku pun pergi menuju mushola sekolah. Sesampai disana hanya aku yang akan wudhu. Biasanya ada banyak yang akan melaksanakan solat duha, tetapi kenapa tidak ada 1 orang pun.

"Kok sepi yah?"kataku yang melihat ke kanan dan kekiri. Saat aku melihat kedalam mushola, ada 3 bapak guru dan 2 bu guru yang sedang bersiap siap melaksanakan solat duha. Akupun langsung membawa alat solatku kedalam mushola,dan bersegera untuk berwudhu.

"Solat jamaah ya!"kata pak kepala sekolah yang akan memimpin.

"Tunggu, Pak!"kata seorang laki laki yang tiba tiba berteriak. Laki laki itu adalah Kak Hasan, kakak kelas 12, kakak kelas terganteng disekolah.

"Hooh, Kak Hasan!"kataku dalam hati, takjub atas keberadaannya yang akan melaksanakan solat Duha. Saat dia masuk ke mushola, ia melihat kearah syaf perempuan.

"Dia cuman sendirian?"batin Hasan setelah melihat ke arah ku.

Kami melaksanakan solat dengan tertib, dan khusyuk. Tidak ada gangguan apapun. Saat aku sedang duduk di kursi yang tersedia di dekat mushola, untuk memakai kembali sepatuku, tiba tiba kak Hasan juga duduk disebelahku namun mempunyai jarak yang agak jauh.

"Kak Hasan kenapa duduk disini?"kataku dalam hati. Tiba tiba aku menjadi gugup alias salah tingkah, tangan ku juga bergetar getar saat akan memakai sepatu.

"Ish, aduh jangan salah tingkah deh, kan dia cuman mau pakai sepatu"kataku dalam hati yang masih gemetar. Sampai sampai saat berjalan, aku tersandung kaki kak Hasan yang dipanjangkan secara tiba tiba.

"Hahhh!"teriakku kecil, saat hampir jatuh ketanah. Namun tidak terjadi karena kak Hasan tiba tiba menarik tanganku. Yang membuat badanku membusur kearah gerbang mushola. Paling gawatnya, sepatuku pergi meninggalkan ku, terpental kegerbang mushola yang terbuat dari besi.

"Maaf ya"kaatanya dengan kecil, sambil melepaskan pegangan tangannya, saat aku sudah berdiri dengan tegap.

"I..ya, makasih, Kak"kataku yang berjalan dengan mengangkat kaki sebelahku untuk mengambil sepatuku. Saat aku berjalan ia terus memerhatikan kaki ku, dan melihat kondisi sepatuku.

Saat selesai memasang kembali sepatuku, aku menoleh lagi kebelakang kearah Kak Hasan, dia hanya tersenyum manis kerena melihatku membalikan badan. Akupun membalas senyuman manisnya itu, walau tak semanis senyumannya.

"Ya ampun, apakah cuman aku yang bisa melihat senyuman nya yang semanis itu. Setauku dia itu sangat dingin, untuk bicara saja jarang apalagi untuk senyum. Ya ampun!"kataku dalam hati sambil tersipu malu, menuju ke kantin.

"Aduh Najwa, mikir apaan kamu?" Kataku dalam hati.

Hatiku sangat senang saat bisa melihat senyuman pertama
dari laki laki. Bukan yang pertama sih. Biasanya aku juga sering melihat senyuman dari banyak laki laki, terutama temanku, namun aku merasakan hal yang berbeda saat melihat senyuman Kak Hasan, sehingga entah mengapa membuatku sangat gembira. Dalam hati ku selalu berkata suka itu boleh tetapi jangan berlebihan.

Komentar dibawah dan jangan lupa vote ya !

HASAN [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang