Hasan POV
Setibanya dikelas, aku yaitu Hasan, mengambil buku bacaan dipojok kelas. Buku yang ada disana, buku apa saja aku akan membacanya, tanpa memilih milih bacaan. Aku melewati orang yang sudah lama berada dikelas, kira kira orang yang piket dan anak yang rajin. Aku pun langsung duduk di bangku ku, bangku yang berada ditengah, tepat didepan papan tulis. Aku duduk dipaling depan.Aku pun duduk dikursiku, dan meletakan tasku yang berwarna abu abu di belakang sandaran kursi. Sampai aku teringat, bahwa aku belum memberikan hadiah kecil untuk seseorang yang sudah merebut hatiku.
Namun terlambat bel menandakan bahwa kelas akan dimulai pelajaran pun berbunyi. Bunyi yang nyaring dan sungguh kuat. Suara yang berbunyi "kring...kring...kring" seperti jam alarm, namun lebih lambat.
"Yaudah, istirahat nanti!" Katanya sambil meletakkan buku bacaannya kedalam laci dan mengambil buku pelajarannya.
Dinaya POV
Saat 5 langkah menuju ke gerbang yang sepi, tiba tiba bel berbunyi, dan pak satpam mulai menutup pagar. Sampai pagar tertutup setengah, aku pun mulai berlari tanpa menghentikan lajuku sampai kekelas.
"Haah?bel !" Teriakku, dan akupun langsung berlari seperti kilat sampai menuju kekelas.
"Hey, kamu itu telat ya !" Teriak pak satpam.
"Iya pak, cuman telat dikit, lagi pula pager belum tertutup!" Teriakku sambil berlari.
Sampai didepan kelas, semua orang sudah duduk dikelas dan membuka buku pelajaran, namun guru belum masuk kekelas. Akupun segera duduk disebelah sahabatku, Najwa. Duduk di barisan nomor 2 tepat didepan papan tulis.
"Hei, kenapa telat?" Tanya Najwa yang memukul bahuku lembut, saat aku tertunduk capek dengan napas yang engos engosan.
"Huh, aku kesiangan!" Kataku.
"Hari ini pertama pelajaran apa sih!" Tanyaku langsung Setelah pertanyaan pertamaku.
"Matematika!" Jawab Najwa santai, sambil membalik balik buku, membaca dengan sekilas.
"Hooh, ada PR kan? Matilah aku!!" Kataku panik sambil memutar badannya kekanan dan kekiri, sedang mencari contekan.
"Woy, boleh nyontek nggak!" Teriakku yang langsung berdiri dari posisi duduk.
"Eh lo nyontek mulu kerjaannya!" Kata Joan si musang. Yang duduk di sebelah dinding, arah dimana letak pintu masuk.
"Eh musang diem lo!" Kataku kesel.
"Kayak lo aja nggak jo!" kata Nara sikucing garong mendukungku.
"Eh, tapi kalau aku nyontek bayar upah lah, nggak kayak Dinaya!" Teriak Joan dengan menyebutkan kata demi kata secara pelan.
"Hus! Lo diem!" Kataku dengan suara yang kecil sekali, tetapi masih kedengaran dengan jelas oleh Joan.
"Kan bener! Kita dikelas ini sering berbagi beban! Kecuali si anak anak yang pinter!" Kata Joan sambil meletakkan tangannya, menyilang didada.
"Aduh, Joan sebut nama kita semua juga!" kata semua orang dengan suara kecil dikelas dengan panik kecuali Najwa dan para anak pintar lain nya.
"Ada apa? Kan aku bener!" kata Joan yang tidak merasa bersalah itu.
Tiba tiba ketua kelas, Doni si murid pintar juara 3 yang tadi diam seperti patung, mengucap kan salam, tanda bahwa guru sudah masuk dikelas.
"Beri salam!" Kata ketua kelas dengan tegas dan tegap berdiri.
"Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh" Salam kami yang berbeda, dengan suara lebih kecil dari biasanya.
Joan sudah merinding ketakutan, bukan hanya melihat bu Siti, yang tengah menyandar di pintu kelas menatap Joan dengan tatapan tajamnya itu.
Kalian tau nggak gimana tatapan ibu matematika? Kalau disekolah ini, gurunya memiliki tatapan yang tajam, melebihi tatapan singa, yang akan menerkam mangsanya.
Joan yang hanya bisa menelan ludah dengan berat, dengan kaki gemetar saat bu Siti mendekat kearah mejanya.
"Siapa saja Joan yang sering nyontek?" Kata bu Siti dengan suara yang pelan. Namun ini baru awalnya.
"Engg....ak buk, nggak a..da!" Jawab Joan ketakutan, sampai sampai ia tak sanggup menatap kearah bu siti namun malah menunduk ketakutan.
"SINI... TATAP SAYA!" Teriak bu Siti yang sampai menggegerkan orang luar maupun kelas disamping yang keluar dan terlihat di pintu.
"Haah! Semua bu kecuali anak murid yang masuk ke 7 besar buk!" Sangkin hapalnya Joan, ia bisa menyebutkan anak peringkat berapa saja yang tidak ikut contek mencontek.
"Semua yang merasa mencontek keluar, baris dilapangan!!" Teriak bu siti yang langsung memegang sapu, ia tak suka memukul tapi sering menakuti saja. Cuman menakuti saja sudah ganas, apa lagi memukul, mungkin bisa....
Kami tak perlu banyak waktu keluar dari kelas, semua yang merasa sudah keluar dari kelas kecuali 7 orang tersebut, seketika kelas sepi seperti kuburan. Mereka sudah tau, jika kita tidak jujur maka akan dibawa ke sidang lanjutan sekolah. Untung kali ini, mereka hanya dihukum bersihin lapangan, push up 20 kali, dan lari 4 putaram di lapangan yang super duper luas itu. Itupun belum berakhir, mereka akan dimintai tanda tangan disurat perjanjian sambil berjemur dilapangan sampai jam pelajaran bu siti selesai. Kami yang dikelas diberi latihan dari buku paket kami.
Pernah nggak kalian dihukum bareng kek gitu? Kalau author pernah dihukum bareng di lapangan, rasanya itu malu, sedih, dan kecewa sama diri sendiri. Jangan dicontoh ya!!
Ayo vote dan komentar dibawah ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
HASAN [END] ✔
RomanceGENRE : Percintaan [12+] • END • Sedang Revisi • Completed ✔ Aku Najwa Nurdiya, Anak SMA berkulit sawo matang, mata cokelat, tinggi semampai, dan berhijab. Aku menemukan cinta pertamaku saat SMA dimana lelaki itu adalah kakak kelasku HASAN, laki lak...