BAB 19. DI identifikasi

129 25 0
                                    

Hasan pov

      Aku berlarian masuk kerumah sakit bersama dengan Ayah nya Najwa. Saat ini kami hanya bisa berharap supaya Najwa baik baik saja. Semua orang dikolidor menangis sedih atas kehilangan anggota keluarga mereka.

 "Dimana anak saya pak?" Tanya sebuah keluarga itu kepada Pak polisi.

 "Ada 3 mayat yang belum teridentifikasi, jadi anda harap ikut saya !" Kata pak polisi itu.

"Tunggu pak!" Kata ku menghampiri pak polisi itu.

"Kami juga sedang mencari anggota keluarga kami yang menjadi korban kecelakaan ini!" Kataku.

"Baiklah semuanya ikuti saya!" Kata pak polisi itu yang menuntun kami memasuki ruangan mayat. Kami melewati banyak sekali mayat yang tertutup oleh kain diruangan ini. Polisi itu menunjukkan kami pada 3 mayat diruangan paling ujung, yang tertutup oleh kain. Saat dibuka satu persatu, memang benar, siapapun tak bisa mengenali nya, terlebih lagi keluarganya sendiri, kecuali dengan cara mengenali pakaiannya. Di urutan terakhir, kami beranggapan itulah Najwa.

"Najwa!" Kata ayahnya yang menangis tersedu sedu.

"Ini bukan Anakmu, tapi ini adalah Lauren anakku!" Kata laki laki itu.

"Kenapa begitu? Ini anakku, aku ingat sekali Najwa memakai pakaian ini saat pergi tadi !" Kata ayahnya Najwa yang berdebat dengan orang tersebut.

"Lihat foto ini! Anak saya juga memakai Pakaian ini!" Kata Bapak itu yang sedang menguatkan keunggulannya.

"Permisi, apakah saya boleh berpendapat?" Tanya pak polisi itu.

"Silakan pak!" jawabku dan seseorang laki laki yang sejak tadi diam memperhatikan kedua orang tuanya yang mencari cela kemungkinan bahwa itu adalah anak mereka.

"Saya rasa, ini anak nya bapak ini yaitu Najwa. Karena didalam foto bapak, yang katanya adalah lauren, ia tidak memakai gelang, sedangkan mayat ini memakai gelang!" jelas pak polisi itu sambil memegang gelang .

"Bisa saja kan pak, calon tunangan saya beli dulu sebelum berangkat!" Kata lelaki muda itu.

"Tidak ada yang bisa membeli gelang itu! Gelang itu mau dicari di seluruh negara didunia ini saja mustahil!" Kata ku yang geram atas pengakuan pengakuan yang dikeluarkan dari mulut mereka.

"Kenapa?" Kata lelaki itu kembali mengarah kepadaku. Sebelum menjawab aku menunjukan gelang yang sama dengan gelang yang dipakai oleh mayat tersebut.

"Lihat!. Ini adalah gelang persahabatan kami! Tidak ada yang bisa membeli gelang persahabatan" kataku memperkuat kemungkinan bahwa itu Najwa. Mereka hanya bisa membungkam atas langkahku yang memperkuat kemungkinan bahwa itu Najwa.

 "Apakah ada tanda lahir?" tanya pak polisi

 "Ada pak! Dibagian pelipis kanan ada tanda lahir berupa titi lalat yang lumayan besar!," Kata bapak itu kembali untuk memperkuat kemungkinan bahwa itu adalah anaknya. Namun polisi hanya menjawab bahwa itu tidak bisa, karena pelipis  kanan sudah sobek parah.

Kemungkinan siapa mayat itu, berada pada genggaman kami. Sehingga pak polisi menyimpulkan bahwa itu adalah Najwa. Ia memberi saran supaya mayat segera diurus kepihak rumah sakit, agar segera dimakam kan oleh keluarga.

"Setelah melihat kemungkinan yang ada. Saya menyimpulkan bahwa ini adalah saudari Najwa!" Tegas pak polisi.

 Setelah mengetahui itu bukanlah anak mereka, keluarga itu meminta maaf karena telah berdebat, dan pergi keluar dari kamar mayat tersebut.

 Aku bersyukur ketika mayat Najwa telah ditemukan, bukan aku tak sedih, malah aku makin dibanjiri air mata saat mengetahui itu adalah
Najwa. Namun aku hanya bisa pasrah dan menguatkan diri, saat melihat ayahnya Najwa yang masih setia menggenggam tangan Najwa dan menangis. Aku segera menuju ke kolidor untuk mengurus surat pengambilan mayat.

     Sungguh rasanya tak bahwa cintaku akan pergi secepat ini. Bahkan sebelum kami memulai kisah cinta bersama. Rasanya sangat sakit untuk mengingat kembali kenangan indah itu bersamanya.
    

Vote dan komentar ya!

HASAN [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang