BAB 32. Hati Clara

95 15 4
                                    

      Aku keluar dari restoran menuju mobil sedan berwarna putih yang terparkir diparkiran mobil tepat didepanku. Melajukan mobil menuju kesuatu rumah di perumahan mewah dijakarta, memasuki halaman rumah yang bernomor 200 ini.

"Mas Hasan ya?" kata penjaga rumah tersebut. Rumah mewah berwarna putih dan abu abu. Rumah modern, rumah yang besar, serta halaman yang terbuka hijau.

"Ya benar pak" kataku yang menjawab bapak itu dari dalam mobil

"Nona Clara ada didalam dan sedang menunggu mas!" kata lelaki tua itu sambil mengacungkan jari jempol seperti orang jawa pada umumnya. Aku hanya mengangguk dan memasukan mobil kehalaman rumah tersebut. Memanggil penjaga rumah tersebut untuk membantuku menurunkan hadiah atau persembahan untuk keluarga Clara.

"Assalamu'alaikum " kataku yang langsung memasuki rumah Clara, terlihat didepanku sudah Clara dan ayah serta ibunya sedang duduk disofa mewah itu, dengan memakai pakaian rapi. Ayah clara memakai batik berwarna cokelat dan hitam dengan celana dasar hitam, ibunya memakai baju dress berwarna merah sampai bawah lutut, sedangkan Clara memakai dress berwarna pink muda sampai bawah lutut.

"Silakan duduk!" kata ayahnya yang masih duduk sambil menyilangkan kaki nya. Aku pun duduk dikursi yang kosong didekat mereka.

"Saya sudah mendengar tentang tujuanmu datang kesini!" kata ibunya sambil melihat barang bawaanku yang diletakkan didekat ku.

"Iya bu. Saya ingin menikahi Clara, tentu dengan restu ibu dan bapak! Jadi apakah bapak dan ibu merestui niat baik saya ini?" tanyaku sambil melihat langsung kearah ibu dan ayahnya Clara yang duduk disofa yang sama.

"Saya dan mamanya Clara sangat merestui niat baik dari nak Hasan!" kata ayahnya Clara yang mengangguk tetapi tanpa menunjukan senyuman sedikit pun.

"Terima kasih pak! Saya sudah merencanakan bahwa besok kita akan melaksanakan pertunangannya dan disusul 1 minggunya akan melaksanakan pernikahannya! Apakah bapak setuju?" tanyaku yang masih menatap kearah ayahnya Clara tanpa melirik sedikitpun ke arah Clara, calon istri ku.

"Saya setuju, lebih cepat maka lebih baik!" kata ayahnya Clara, yang disusul dengan senyumnya.

 "Setelah ini kami akan pergi kebutik untuk membeli pakaian untuk pertunangan dan pernikahan" kataku meminta izin ke ayahnya Clara

"Ya boleh. Kamu boleh ajak anak saya kemanapun kamu mau!" kata ayahnya sambil mempersilahkan ku minum teh yang telah disiapkan oleh pembantu rumah ini.

    Aku langsung memberikan hadiah yang sebagai seserahan ke Clara dan ibunya. Seserahan itu berupa kalung emas dengan mutiara murni, sebuah buket besar bunga mawar merah, dan sebuah kotak kado. Ia menerimanya sangat gembira, membawanya kedalam.

Clara pov

       Aku sangat bahagia hari ini, bukan atas hadiah yang Hasan berikan dan sebuah kabar bahagia ini. Aku bahagia karena tujuanku datang kekehidupan Hasan segera terjadi. Mengatur seluruh kuasa atas restoran Hasan, membuat restorannya bangkrut, membuat luka dikeluarganya, menambah penderitaan keluarganya, itu adalah tujuan utamaku. Ya, aku tak sebaik apa yang kalian lihat, aku bukanlah gadis yang ceria seperti yang selama ini kalian lihat. Aku melakukan itu atas dasar pembalasan dendam atas bangkrutnya restoran kami karena datanganya restoran Hasan diwilayah dimana kami membuka restoran.

"Tujuan kita akan selangkah lagi Clara, mama harap kamu tak menggagalkannya!" kata ibuku yang sedang berjalan kekamarku dan menutup pintu rapat rapat.

 "Maksud mama? Apa mama tidak percaya dengan Clara ma?" kataku yang sedikit bertanya tanya kepada ibuku itu.

"Saat kamu sudah menikah dengan nya kamu harus selalu ingat tujuan kita! Jangan sampai kamu terjebak dalam rasa cinta kepadanya!" kata ibuku sambil mengambil buket bunga yang di tangan ku itu dan meletakkannya ke tong sampah.

 "Baik ma! Aku akan selalu ingat tujuan kita!" kataku yang sambil melihat kuku tangannya itu.

  Aku segera berganti pakaian untuk aku pergi kebutik bersama Hasan. Aku lebih memilih dress setengah lengan berwarna abu abu sampai atas lutut.

     Segera keluar untuk menghampiri Hasan yang sudah menunggu dari tadi. Saat sampai didepanya kami berpamitan dan Hasan menuntunku kearah dimana mobil nya terparkir, tanpa melirik bahkan memegang tangan ku sekalipun.

     Masuk kemobil yang hening ini, tanpa ada kata sedikitpun yang keluar dari mulutku maupun mulut Hasan. Hanya diam sepenjang jalan, sepanjang perjalanan.

"Lihat saja Hasan, kehancuranmu akan segera datang" kataku didalam hati sambil melihatnya.

"Nanti aku akan lihat bagaimana kau akan menangis atas kehilangan semuanya karena ulahku, yang akan menjadi istrimu nanti" kataku yang kembali tersenyum

 "Aku akan memoroti semua harta bendamu karena kuasaku sebagai istrimu. Setelah itu aku akan menghancurkan kejayaan dari restoran mu, lalu pergi bersama kekasihku, meninggalkanmu sendirian tanpa harta untuk selamanya!" kataku kembali didalam hati karena terus mengingat kata kata dari ibuku saat aku masih berusia 17 tahun.

    "Lelaki itu yang menghancurkan segalanya, lelaki itu yang membuat kita bangkrut, lelaki itu yang telah berbuat semuanya"

      Api dendam telah lama ada dihatiku, bahkan aku telah membalas mu dengan caraku sendiri waktu aku berusia 18 tahun sama sepertimu, dimana kecelakaan tragis yang menimpa kekasihmu. Ya, aku adalah orang yang di balik kecelakaan itu. Aku adalah orang yang telah tega membuat rem blong pada travel yang dinaiki Najwa yang membuat ia meninggal. Ingatlah aku yang tertawa atas penderitaanmu, ingatlah bahwa aku tak akan bersedih bersamamu saat kau menderita.

Disisi lain ada seseorang yang sedang dirawat dirumah sakit yang belum juga bangun dari komanya setelah beberapa tahun ini. Bahkan terdapat orang yang setia untuk menunggunya bangun. Orang itu ialah satu satunya korban selamat atas kecelakaan itu.

     "Dokter.... Dokter! Pasien mengeluarkan air mata!" teriak salah satu suster yang selalu merawatnya selama ini, suster yang telah merawat gadis itu berama kedua orang tuanya.

    Dokter pun segera mengecek kesehatannya, karena gadis itu terus mengeluarkan air mata bak seeorang yang sedang menangis.

 "Ini hanya sebuah kemajuan! Ia telah dapat merasakan perasaan hatinya. Mungkin saja saat ini ia sedang mengingat kejadian kecelakaan beberapa tahun silam" kata doker yang telah lama merawatnya itu kepada suster yang ada disana.

"Saya akan memberitahu keluarga pasien, dokter!"kata suster itu yang langsung keluar dari ruangan itu.

•••••
   

HASAN [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang