Setelah empat hari libur karena kematian ibunya, akhirnya hari ini Caitlin kembali ke sekolah. Walau mungkin tidak semangat seperti biasanya.
Tantenya mengantarkan Caitlin sampai pintu masuk asrama. Awalnya dia di larang oleh satpam namun karena dengan berbagai alasan akhirnya tante di izinkan untuk masuk.
Kedatangan Caitlin disambut hangat oleh ketiga sahabatnya.
"Jagain Caitlin ya, dia masih down banget. Jangan bahas orang tuanya juga." pesan tante Caitlin berbisik kepada Tae-Ra.
Tae-Ra mengangguk mengerti.
Caitlin hanya menatap lurus ke depan tak berniat tersenyum atau menyapa sahabatnya.
Tae-Ra meraih pergelangan tangan Caitlin ingin mengajaknya ke kamar bersama Evelyn dan Adrin juga. Tapi Caitlin dengan cepat menepisnya. Membuat Tae-Ra tersenyum kikuk.
Caitlin tampak tak memperdulikan orang yang ada di sekitarnya. Dia berjalan menuju ke kamarnya dengan tatapan kosong tampak tak ingin diusik oleh orang lain.
"Dia lagi butuh waktu, maklumin aja." kata Evelyn paham dengan keadaan Caitlin saat ini.
Setibanya di kamar Caitlin merebahkan diri di kasur. Mengambil hp lalu memandangi fotonya bersama dengan ibu tercinta.
Caitlin berusaha untuk mengikhlaskan, namun sangat susah baginya. Biasanya pagi-pagi ibunya sudah mengirimi pesan semangat untuknya. Tapi sekarang itu tidak akan pernah terjadi lagi. Dan sekarang beban pikiran Caitlin bertambah karena dia memikirkan dengan siapa Karla tinggal,jika bersama tantenya Caitlin jadi tidak enak, karena ekonomi keluarga tantenya agak sedikit buruk. Jika Karla numpang hidup disana pasti akan menambah beban tantenya.
Apa Caitlin harus mengundurkan diri dari hotalge? Dan bekerja untuk mencari uang?
Sepertinya itu keputusan yang agak buruk.
Ting tong
Caitlin melirik ke pintu tampak malas membukakannya tapi Caitlin juga penasaran siapa yang datang.
Caitlin membuka pintu dengan malas. "Masuk aja." suruh Caitlin kepada tiga sahabatnya.
"Caitlin." panggil Evelyn.
Caitlin yang sedang melamun di kasur menoleh kepada Evelyn. "Hmm?"
Evelyn menarik nafas dalam lalu memutar posisi duduknya agar berhadapan dengan Caitlin. "Gak ada satu orang pun yang gak ngalamin keterpurukan, gak ada seorang pun yang gak dapet masalah dihidupnya. Jadi yang harus lo lakuin apa? Yang harus lo lakuin itu ikhlas. Lo harus tetap berjalan lurus ke depan tatap masa depan lo, pikiran lo jangan stuck disitu aja terus. Mungkin bener lo itu sedih, lo kehilangan, gapapa nangis aja, tapi lo juga harus mikirin kehidupan lo ke depannya. Gue yakin lo bisa ikhlas dengan sendirinya. Intinya disini lo harus ikhlas atas kepergian ibu lo."
Tae-Ra mencubit pelan paha Evelyn, membuat Evelyn mengernyit heran.
"Jangan bahas tentang ibunya." bisik Tae-Ra.
Evelyn menggeleng pelan. "Gapapa ini cara supaya dia bisa kuat."
Caitlin mengangguk. "Makasih. Lo bener gue emang harus ikhlas. Ibu pasti gak seneng kalo gue sedih-sedihan gini. Tapi kalo gue bisa kerja pasti ibu gabakal perlu kerja lembur lagi, dan pasti ibu gak bakalan ketabrak dan ninggalin gue kayak gini."
Adrin menatap Caitlin, tatapannya tampak tulus sekali. "Saat lo ngalamin keterpurukan atau masalah jangan salahin diri lo sendiri Caitlin. Ini semua bukan salah lo, ini semua takdir. Kematian itu takdir, takdir yang gak bakal bisa diubah sama siapapun. Jadi jangan pernah salahin diri lo sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hotalge High School
Teen FictionApa kalian tau Hotalge High School? Sekolah ternama di dunia. Mungkin semua murid ingin bersekolah disana. Tantangan untuk masuk kesana tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kalian akan bersaing dengan berbagai murid dari banyak negara. Hotalge...