Kemarahan orang tua (26)

4.5K 487 29
                                    

Plakkk!!

"Bodoh."

"Apa yang harus saya jawab ketika kolega bisnis saya bertanya kamu dapat peringkat berapa hah? Kamu pikir saya tidak malu?"

"Benar-benar bodoh!"

"Kenapa kamu hanya mendapat peringkat empat? Kenapa tidak peringkat satu?" bentak papa Evelyn emosi.

"Saya tidak mau tau semester depan kamu harus mendapat peringkat satu!"

"Saya malu kamu tau?"

"Ini," papa Evelyn mengangkat raport Evelyn lalu melemparnya ke lantai.

"Benar-benar membuat saya malu."

Papa Evelyn mengambil pemantik api dari saku celananya lalu membakar raport Evelyn.

Evelyn hanya terisak pelan.

"Pa jangan dibakar," katanya sudah terisak.

"Kenapa kamu tidak pernah bisa membanggakan saya hah?"

"Pa. Papa bisa gak sih ngehargain kerja keras aku selama ini?"

"Aku udah mati-matian belajar. Bela-belain begadang sampai sampai tidur paling lama cuma dua jam. Dan sekarang yang papa lakuin ke aku apa? Papa cuma bisa nuntut aku untuk selalu peringkat pertama. Apa papa mikirin kesehatan aku selama di sekolah? Nggak kan!"

"Aku cuma mampu ngeraih peringkat empat pa. Bisa gak sih papa ngehargain usaha aku selama ini? Aku capek pa! Capek tau gak!"

"Peringkat empat di Hotalge itu udah luar biasa. Tapi kenapa papa gak bisa ngehargain usaha aku sedikit aja?kenapa pa?

"Kalo mama masih hidup pasti dia bangga banget sama aku."

"Mama kamu sudah mati jangan pernah ungkit-ungkit dia lagi!"

"Iya mati karena sahabat kesayangan papa itu sampai-sampai papa gamau ngelaporin dia ke polisi kan? Cih," Evelyn berdecih.

Papanya naik pitam. Dadanya kembang kempis. Tak sanggup lagi kemarahannya. Dia mengambil vas bunga yang ada di meja lalu memukulkannya ke Evelyn dengan sangat kuat.

Evelyn menggigit bibirnya menahan sakit. Papanya gila. Tak punya perasaan.

"Ini hukuman buat kamu yang membuat saya malu karena peringkatmu yang buruk." bentak papanya memukulkan vas bunga itu ke badan Evelyn.

Tak puas dengan semua itu. Papanya meraih figura foto Evelyn bersama mamanya. Lalu melemparkannya ke lantai sehingga membuat kaca figura itu terpecah belah. Keadaan ruang tamu sekarang benar-benar berantakan. Abu bekas raport Evelyn yang sudah hangus berserakan di lantai. Kaca-kaca bertebaran dimana-mana.

Asisten rumah tangga yang bekerja disana hanya menyaksikan pertengkaran hebat antara Evelyn dan papanya. Mereka tak mau ikut campur dengan masalah keluarga majikannya. Mereka tak punya hak untuk ikut campur.

Papa Evelyn mengambi serpihan kaca yang ada di lantai. Lalu menancapkannya ke tangan Evelyn. Evelyn tak bisa melawan hanya bisa meringis menahan sakit. Dia sudah biasa di perlakukan seperti itu oleh papanya sejak mamanya meninggal.

Evelyn bersyukur bersekolah di Hotalge karena dia tidak akan terus-terusan bertemu dengan papanya setiap hari dan tidak akan terus-terusan disiksa seperti hari ini.

"Papa gak punya hati," teriak Evelyn.

"Iya saya memang tak punya hati mau apa kamu hah?" jawab papanya memperdalam tancapan kaca itu ke tangan Evelyn.

Dia masih tak puas.

Dia kembali menampar Evelyn sepenuh tenaga menimbulkan bekas merah di pipi gadis malang itu.

Hotalge High School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang