Game (14)

5.2K 614 12
                                    

"Bawain tas gue." perintah Gavin pagi itu kepada Hideaki.

"Udah cukup gue capek brengsek." jawab Hideaki sudah lelah.

"Gak gaada.Cepetan bawa nih." kata Gavin memaksa.

Hideaki menghela nafas berat kemudian mengambil tas Gavin. "Yaudah." ucap cowok itu sudah pasrah dengan keadaan. Hideaki menyesali perjanjiannya dengan Gavin. Dia terlalu sombong.

Tiba-tiba saja Keana datang menghampiri. "Sini biar gue bantu bawain ya."

"Gausah." balas Hideaki menjauh dari Keana.

"Ih kenapa?" rengek Keana sambil menghentakkan kakinya kesal.

"Lo kenapa sih deket-deket temen gue mulu? centil banget sih." celetuk Gavin. Kata-kata Gavin membuat Keana memberengut kesal.

Keana berdecak kesal. "Apaansih lo. Gue cuma mau bantu Hideaki."

Gavin mencibir. "Dih modus lo. Hideaki aja gak keberatan tuh."

Keana berkacak pinggang. "Lo kenapa sih jadiin Hideaki babu. Kasian dia tau."

Gavin menghela nafas. "Lo gatau apa-apa diem aja deh. Dia jadi babu gue gara-gara kesombongan dia sendiri."

Keana berdecak pelan. "Yaudah batalin aja perjanjiannya kasian dia tau."

"Ah tai lo." balas Gavin kesal.

"Minggir lo." kata Gavin sambil mendorong bahu Keana. Keana yang badannya ringan otomatis terdorong jauh ke belakang.

"Lemah." cibir Hideaki lalu berjalan meningggal Keana sendiri di koridor.

"Ih Hideaki ngeselin banget sih." rengek Keana.

Hideaki bergidik ngeri. "Tuh cewek meresahkan banget sih."

"Suka tuh sama lo." balas Gavin.

"Bodo amat, dia bukan tipe gue."

Gavin berdecih. "Gaya-gayaan pake tipe lo. Ada yang mau sama lo aja udah syukur."

"Heh! asal lo tau ya sosmed gue tiap hari banjir notifikasi gara-gara komenan cewek-cewek." balas Hideaki tak terima. Jelas saja tidak terima kadar ketampanannya itu sangat luar biasa. Enak saja Gavin berkata seperti itu. Jika ditanya siapa yang mau jadi pacarnya mungkin puluhan perempuan akan mengantri.

"Dih sombong." cibir Gavin.

"Kenyataan." balas Hideaki kalem.

"Seganteng-gantengnya elo masih gantengan gue." kata Gavin percaya diri. Ya memang kenyataan sih dia ganteng.

"Serah majikan aja deh." kata Hideaki malas. Cowok satu itu selalu tidak mau kalah jadi terpaksa Hideaki saja yang mengalah.

Gavin menepuk-nepuk pelan kepala Hideaki."Bagus babuku."

Hideaki langsung menyingkirkan tangan Gavin dari kepalanya. "Sialan lo. Tangan lo banyak kumannya jangan pegang-pegang kepala gue."

Gavin mencibir. "Dih sok-sok higienis lo."

Hideaki yang sudah malas berdebat langsung berjalan cepat meninggalkan Gavin sendirian di koridor.

"Woi tunggu heh." teriak Gavin namun Hideaki tak berbalik badan sama sekali. Baru dua hari menjadi babunya Gavin Hideaki sudah kena tekanan batin.

⚫⚫⚫⚫

Ketika sampai di kelas Keana menghampiri meja Caitlin. "Gue denger keluarga lo miskin kan?"

Hotalge High School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang