44 (EXTRA PART)

6.1K 510 15
                                    

Caitlin mengucek matanya berkali-kali karena sedari tadi matanya tertutup sesekali karena terlalu mengantuk. "Sadar Caitlin besok ulangan."

Caitlin kembali mempelajari buku biologinya, namun matanya kembali tertutup karena terlalu mengantuk.

Ketika menyadari bahwa dia telah tertidur beberapa saat, ia langsung berdiri mengambil dompetnya lalu memutuskan untuk membeli kopi instan di supermarket.

Untungnya supermarket di Hotalge buka sampai jam dua pagi. Caitlin sangat bersyukur akan hal itu.

Ketika sampai ia mengambil beberapa kopi instan lalu membayarnya di kasir.

"Lima belas ribu ya," ucap penjaga kasir itu, lalu Caitlin memberikan uang dan mengambil kantong belajaannya.

○️○️○️

2. 00 am

Caitlin meregangkan tubuhnya bersiap untuk tidur, namun teringat bahwa isi dompetnya sangat berantakan sehingga ia kesusahan saat mengambil uang. Uang di dalam dompetnya ada yang terlipat dua, ada yang tergumpal. Jadi, ia berniat untuk menyusun uangnya agar rapi. Sebenarnya, ia bisa saja melakukan itu esok pagi. Namun Caitlin tidak ingin menunda-nunda waktu jadi ia langsung mengambil dompetnya dan mengeluarkan semua isinya.

Namun perhatian Caitlin terfokuskan pada suatu gumpalan kertas yang tampaknya sudah lama berada di dalam dompetnya.

Caitlin membuka gumpalan kertas tersebut, ia langsung memukul keningnya karena tidak ingat akan perintah ayahnya. Gumpalan kertas itu adalah nomor ayahnya.

Mengapa Caitlin bisa lupa?

Apakah Caitlin kekecewaan Caitlin terlalu besar pada ayahnya? Sampai-sampai ia tak ingat sama sekali perintah ayahnya.

Caitlin melipat kertas itu, lalu menyimpannya kembali ke dalam dompet. Ia berencana akan menghubungi ayahnya besok siang, karena tidak mungkin ia menelepon ayahnya sekarang, karena sudah terlalu larut.

○️○️○️

Tomorrow

15. 00

"Caitlin mau ke perpus gak abis ini?" tanya Adrin saat baru memasuki pinti gerbang asrama.

Caitlin menoleh lalu menggeleng. "Gak dulu deh gue ada urusan."

Adrin menyipitkan matanya. "Urusan?"

Caitlin mengangguk. "Iya."

Adrin menyipitkan matanya lagi sambil menghadang perjalanan Caitlin. Ia berdiri tepat di depan Caitlin dengan wajah yang tampak sangat penasaran. "Maaf kalo gue kepo, tapi lo ada urusan apa?"

"Ada pokoknya, nanti kalo udah selesai gue kasih tau." Caitlin mendorong bahu Adrin agar menghindar dari jalannya.

Adrin menghela napas. "Yaudah."

○️○️○️

Caitlin menekan satu per satu angka di layar hpnya. Sesuai rencananya, ia akan menghubungi ayahnya hari ini. Ia ingin tau apa yang akan disampaikan oleh ayahnya.

Setelah angkanya berjumlah dua belas, Caitlin menekan logo telepon berwarna hijau dan mendekatkan handphonenya ke dekat telinga.

Hotalge High School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang