"Evelyn!"
Seseorang kembali memencet bel kamar Evelyn berkali-kali. "Evelyn buka!"
Evelyn yang sedang terlelap menjadi terganggu karena suara berisik dari bel kamarnya. "Nih orang iseng apa gimana sih?" tanyanya kesal.
"Evelyn,"panggil orang itu lagi.
Deg.
Jantung Evelyn berdebar kencang mendengar suara itu. Suara yang sangat ia kenal. Ia meremas kuat selimutnya merasa sangat takut.
"Evelyn!" teriak orang itu marah. Dengan terpaksa Evelyn beranjak dari kasur dan berjalan menuju pintu.
Ketika pintu terbuka orang itu langsung masuk tanpa izin. Ia langsung menarik rambut Evelyn secara kasar.
"Papa sakit," rintih Evelyn. Ia berusaha menahan rasa sakit itu. Rambutnya ditarik sangat keras oleh ayah tirinya yang kejam itu.
Mata papa Evelyn memerah. Ia semakin menarik rambut Evelyn secara kuat lalu membenturkan kepala Evelyn ke dinding. Tanpa rasa bersalah ia melakukan semua itu.
"Berani-beraninya kamu kabur dari rumah? Kamu pikir kamu siapa bisa seenaknya begitu hah?" bentaknya membuat Evelyn memejamkan mata ketakutan. Evelyn meremas ujung bajunya merasakan sakit yang sangat luar biasa ketika kepalanya di benturkan ke dinding. Ingin melawan pun ia tak punya cukup tenaga.
"Mulai kurang ajar kamu sama saya?"
"Kamu gak usah ikut ekskul ice skating itu lagi. Fokus aja belajar bisa gak hah? Kamu itu udah malu-maluin. Kamu pikir saya bangga kalau kamu jago main ice skating? Gak saya gak bangga sama sekali. Apa yang kamu minta selama ini kan saya kasih kenapa gak bisa kamu fokus belajar aja?"
"Aku minta kasih sayang, papa gak pernah kasih," jawabnya lantang. Papanya langsung menampar pipi Evelyn sampai meninggalkan bekas.
"Kamu bukan anak saya, kamu gak perlu dapet kasih sayang dari saya."
"Lagian juga ice skating itu pilihan aku. Kenapa papa harus larang? Kan papa bukan ayah kandung aku?" jawabnya masih berani. Walaupun di dalam hati ia sangat takut mengatakan itu. "Ice skating itu impian aku dari kecil pa, dan sekarang aku udah dapetin kenapa papa larang?"
Plakkk!!
Tamparan keras kembali mendarat di pipi gadis malang itu. Kedua pipinya sudah memerah. Matanya sudah sembab, bibirnya tak berhenti bergetar dari tadi.
Papanya meraih kasar dagu Evelyn. "Berani kamu sekarang?"
"Iya aku berani!"
Papanya langsung naik pitam. Pria itu melepas ikat pinggangnya lalu memukulkannya ke kaki Evelyn. Memukulkannya berkali-kali membuat Evelyn berteriak kesakitan. Gadis itu hanya bisa berteriak. Setelah kakinya mulai memerah karena terus pukuli dengan ikat pinggang, papanya malah menendang kuat kaki Evelyn. Berkali-kali juga ia tendang.
Evelyn terduduk lemah. Ia menyandarkan badannya yang sudah terasa remuk ke dinding. Selagi itu papanya terus menyiksa kakinya. Tujuannya sudah jelas untuk membuat Evelyn berhenti bermain ice skating.
"Dengan kaki seperti ini kamu gak mungkin ikut ice skating lagi kan?" kata papanya tersenyum miring.
Evelyn hanya terdiam membisu. Tampak tak berniat membalas ucapan sang papa. Ia menunduk melirik kakinya yang sudah memerah dan terasa sangat sakit. Ia bahkan sama sekali tidak kuat menggerakkan kakinya.
"Ingat kamu harus bisa peringkat 1! Saya pergi dulu!" pamit papanya tanpa rasa bersalah. Pria paruh baya itu mungkin bisa dikatakan tidak memiliki hati nurani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hotalge High School
Teen FictionApa kalian tau Hotalge High School? Sekolah ternama di dunia. Mungkin semua murid ingin bersekolah disana. Tantangan untuk masuk kesana tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kalian akan bersaing dengan berbagai murid dari banyak negara. Hotalge...