18. PENGORBANAN BARA

2.4K 342 36
                                    

Esok harinya, Garis dan Lintang kembali bersekolah. Sesuai dengan apa yang mereka katakan. Keduanya nampak bersemangat pagi hari ini, setelah melakukan ritual rutin pagi hari seperti sarapan dan lain-lain. Keduanya langsung bergegas menuju sekolah menggunakan mobil milik Garis.

Namun pagi ini, ada yang berbeda dari Lintang. Gadis itu kembali ke penampilannya yang semula. Lintang yang cupu, Lintang yang kuncir satu dengan tali pita pink dan kacamata bulat.

Namun, Garis tak berkomentar apa pun. Ia nampak biasa-biasa aja, lagi pula Garis tak mempersalahkan penampilan Lintang.
Percayalah, butuh seribu pertimbangan yang matang untuk Lintang kembali ke penampilannya yang dulu. Lintang hanya ingin, ia menjadi dirinya sendiri. Lintang tak mau, terlihat cantik hanya karena bantuan make up. Lintang ingin cantik, dengan versinya sendiri tanpa embel-embel make up.

Saat sudah masuk mobil, Garis menyalakan mesin dan melajukannya dengan kecepatan normal. Jalan pagi hari ini, tidak macet. Jadi, Garis bisa mengendarainya dengan tenang.

“Apa kata orang, kalo mereka liat kita satu mobil?” Lintang angkat bicara, memecah keheningan yang ada di dalam mobil.

Garis sontak menoleh sekilas, lalu kembali fokus ke depan. “Ngapain dengerin apa kata orang?” Garis berbalik tanya.

“Em ... aku malu,” ungkap Lintang sebari menunduk.

“Malu karena berangkat dan satu mobil bareng gue?” tanya Garis, santai.

“Eh,” Lintang terkesiap, buru-buru ia mengangkat wajah. Menoleh ke arah Garis sambil geleng-geleng. “Bukan itu, Kak, aku malu karena pasti Kak Garis bakal jadi bahan cibiran orang, karena udah ketahuan berangkat dan satu mobil sama aku, aku kan cewek jelek,” jelas Lintang kembali menunduk.

“Kata siapa lo jelek?” jeda sejenak, Garis menghela napas, “semua cewek itu cantik, dengan versinya masing-masing, Lin. Cantik itu relatif, enggak semua dinilai dari rupa,” ucapnya tulus.

“Kalo cowok di luar lebih mementingkan good looking, tapi kalo gue? Lebih mementingkan good attitude. Kalo pengen cantik itu gampang, tapi kalo pengen attitude bagus itu gak gampang. Good attitude itu datang dari hati. Kecantikan hati itu lebih baik dari pada kecantikan rupa, percayalah, Lin,” sambungnya.
Lintang mengangguk paham, mencerna setiap kata yang Garis lontarkan. Andai semua cowok memiliki pemikiran seperti Garis, mungkin para gadis yang memiliki rupa yang kurang seperti Lintang, akan mendapatkan keadilan.

“Jangan pernah dengarkan apa kata orang, apapun omongan buruk orang terhadap lo, terima aja dengan lapang dada. Tenang aja Lin, gue akan selalu ada buat lo, gue akan berada di samping lo. Di keadaan terburuk lo sekalipun.” Sebelah tangan Garis menyentuh punggung tangan Lintang dengan lembut.

“Makasih Kak, aku berubah kayak dulu, karena aku Cuma pengen jadi diri aku sendiri. Aku pengen jadi Lintang yang dulu, walaupun nantinya aku bakal kena bully lagi,” balas Lintang pelan.

“Mau Lintang yang dulu, atau Lintang yang sekarang, gue akan selalu ada buat lo. 24 jam, karena sekarang tanggung jawab gue bukan Cuma lo, tapi anak yang ada di dalam kandungan lo juga,” ujar Garis, bersamaan dengan itu ia menghentikan mobilnya tepat di parkiran sekolah.

“Eh, udah sampai?” Lintang menatap keluar jendela, hampir tak sadar bahwa sudah sampai di sekolah sekarang.

“Yuk turun,” ajak Garis sebari membuka pintu mobil dan keluar.
Lintang buru-buru mengikuti gerak tubuh Garis, ia keluar dan berjalan menghampiri pria yang berada di seberangnya itu.

“Aku ke kelas duluan ya Kak, biar orang-orang enggak curiga,” ucap Lintang buru-buru.

“Enggak mau bareng?” tawar Garis.

Garis Lintang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang