34. ENDING

6.2K 494 92
                                    

Suara lantunan azan yang berasal dari Bara membuat suasana ruangan inkubator mendadak hening. Bara mengazani anaknya tepat di bagian telinga kanan, ditemani Garis di sampingnya dan diawasi seorang suster, Bara menangis saat menggendong anaknya untuk pertama kalinya itu.

Saat azan sudah dikumandangkan, kini giliran Iqamah. Namun, Bara tiba-tiba saja diam, atensinya teralih pada Garis.

“Lo juga ayahnya, Bang, lo mau lantunkan Iqamah untuk anak ini?” Bara terisak, membuat Garis mengangguk.

Pelan-pelan, Bara memberikan alih gendong anaknya itu pada Garis. Sama terisaknya, Garis mulai melantunkan Iqamah di telinga kiri bayi itu. Bayi yang sangat tampan, hidungnya mirip Bara, sementara rambutnya hitam legam seperti Lintang, dan bentuk tubuhnya tinggi seperti Garis.

Garis mencium kening bayi itu, lalu kembali memberikannya pada suster.

“Sus, kalau bayinya dibawa ke ruangan ibunya bisa?” tanya Garis, sang suster mengangguk.

“Boleh, tapi hanya sebentar. Kalian duluan saja, nanti saya menyusul dengan bayinya,” katanya, membuat Garis dan Bara mengangguk dan keluar ruangan itu.

Di ruang rawat inap Lintang, nampaknya sudah ada dua belah pihak keluarga. Ada Adiwijaya, Sintia, dan juga Ardi yang menemani Lintang. Gadis yang baru melahirkan itu masih terbaring lesu. Tak lama, pintu terbuka, menyuguhkan Garis dan Bara dengan binar bahagia di wajahnya.

“Bara! Garis! Gimana cucu mamah? Cewek atau cowok?” Sintia buru-buru bertanya dengan semringah saat kedua anaknya itu sudah sampai di hadapannya.

“Anaknya cowok, Mah,” jawab Garis membuat seulas senyum dari semua yang mendengar terbit.

“Pewaris keluarga Adiwijaya itu,” celetuk Adiwijaya senang.

“Pewaris keluarga saya juga, dong Pak Adiwijaya!” tambah Ardi tak mau kalah.

Nampak jelas, semua bahagia atas kelahiran anak Lintang. Terutama Lintang, sudah 9 bulan ini mengandung anaknya yang ternyata berjenis kelamin laki-laki. Dari awal, Lintang memang tak ingin melakukan USG, ia ingin jenis kelaminnya nanti menjadi kejutan.

“Bayinya mana, Bar?” Lintang mulai buka suara dengan suara seraknya. Tak langsung menjawab, Bara duduk di bibir kasur, mengelus lembut rambut gadis itu, lalu turun ke pipinya.

“Ada kok, nanti suster bawa kesini, dia lagi di ruang di inkubator dulu,” terang Bara. Lintang dan semua orang yang berada disana mengangguk.

“Bayinya ganteng, hidungnya mirip Bara, rambutnya mirip lo,” timpal Garis ikut terduduk di bibir kasur sebelah Lintang yang disisi lain. Kini, posisi Lintang benar-benar diapit kedua kakak beradik itu.

“Dan, kayaknya anak kita calon cowok yang badannya tinggi kayak Bang Garis,” tambah Bara. Agar lengkap.

Lintang tersenyum bahagia, sangat-sangat tidak sabar untuk melihat buah hatinya.

“Oh iya, sudah diazani sama Iqamah?” Ardi bertanya pada dua remaja laki-laki tersebut, menatapnya secara bergantian.

Garis dan Bara mengangguk serempak. “Bara yang Adzan, dan Garis yang Iqamah,” jelas Garis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Garis Lintang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang