16. BARA CEMBURU

2.7K 388 69
                                    

Suara detak jarum jam mengisi malam Lintang kali ini, setelah acara ijab kabul beberapa jam lalu, kini malam sudah menyapa. Gadis yang sudah mengenakan piyama bergambar unicorn itu menatap kearah pintu yang masih tertutup rapat.

Seolah menunggu sesuatu, Lintang menggigit bibir bawahnya sebari menepuk-nepuk kedua pahanya. Gadis itu merunduk sebari memejamkan matanya.
Selang beberapa menit, suara langkah kaki dan suara decitan pintu membuat mata Lintang langsung terarah ke sumber suara.

Ke depan pintu lebih tepatnya, cowok bertubuh jangkung dengan baju santai itu masuk, menutup pintu dan berjalan menghampiri Lintang.
Lintang yang tadinya duduk, sontak langsung berdiri. Menatap dengan gugup sosok cowok yang tak lain dan tak bukan adalah Garis.

“Gue sekarang suami lo, Lin, jadi jangan gugup kayak gitu lagi.” Garis buka suara paling pertama, menatap Lintang dengan datar
.
Lintang bergeming, ia meremas kuat-kuat piyamanya. “Iya Kak,” balasnya kemudian.

“Gue tidur di sofa, lo tidur di kasur. Selamat malam,” ujar Garis sebari berjalan menuju sofa yang tak jauh darinya sekarang.

Lintang menatapnya bingung, padahal sekarang Garis sudah resmi menjadi suaminya. Tapi, kenapa cowok itu tak mau tidur satu ranjang dengan Lintang? Ah, Lintang tak mau ambil pusing. Tidur satu ranjang ataupun tidak, itu tak penting bagi Lintang. Yang terpenting, anak dalam kandungannya memiliki figur ayah.

“Tidur Lin!” Garis kembali bersuara, membuat gadis yang tengah merenung itu terkesiap.

“Eh, iya Kak, ini mau tidur,” ucap Lintang sebari buru-buru naik ke atas kasur, merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata.

Garis yang sudah lebih dulu terbaring di sofa, hanya mampu tersenyum tipis melihat kelakuan Lintang. Cowok itu tidur tanpa selimut, tapi ia nampak tak kedinginan sama sekali. Dengan kedua tangan dilipat dan disimpan di belakang kepala, Garis memejamkan mata dan mulai terlelap tidur. Sungguh, hari ini adalah hari yang paling melelahkan bagi Garis. Itulah, yang membuatnya cepat tertidur malam ini.

Setelah suasana sepi senyap, Lintang membuka matanya, pelan-pelan ia berbalik badan, menatap ke arah Garis yang sudah tertidur menembus dimensi mimpi.

“Kak Garis tidur gak pakai selimut, apa enggak dingin?” gumam Lintang. Bergerak bangkit dari posisi rebahannya.

Atas inisiatifnya, Lintang dengan langkah mengendap-endap membuka lemarinya, mengambil sebuah selimut dan berjalan menghampiri Garis. Lintang membuka selimutnya lebar, menutupi tubuh Garis dari terpaan angin malam yang berasal dari ventilasi kamar.

Garis menggeliat, sontak membuat Lintang mundur. Cowok itu merubah posisinya, menenggelamkan wajahnya dibalik selimut.
Lintang menghela napas, lega.

“Untung gak bangun,” gumamnya.
Dengan langkah yang sama seperti tadi, Lintang kembali naik ke atas kasur, meraup selimut banyak-banyak.

Merebahkan tubuhnya dengan posisi menghadap ke arah Garis. Mata Lintang  sangat urung menatap ke arah lain, sadar atau tidak, gadis itu tersenyum melihat wajah Garis yang setengah tertutup selimut. Namun, apalah daya, walaupun setengah tertutup, kadar ketampanan Garis jelas masih terlihat.

“Selamat malam Kak Garis, semoga mimpi indah.” Setelah mengatakan itu, Lintang memejamkan matanya. Ia benar-benar tidur sekarang.

🖤🖤🖤

Suara ayam berkokok membuat Garis yang masih terjaga dari tidurnya itu bergerak gusar. Beberapa kali cowok itu merubah posisi tidurnya, hingga akhirnya, ia pasrah dan mengerjapkan matanya lebar-lebar.

Garis bangkit bangun, dari posisi rebahan, menjadi terduduk. Cowok itu mendudukkan tubuhnya ke sofa, tengah mengumpulkan nyawa, sepertinya.

Atensi Garis terarah pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6.46 pagi. Garis menguap, sadar atau tidak, ia baru menyadari bahwa ia dibalut selimut.

Garis Lintang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang