23. MASA LALU

1.8K 309 18
                                    

Plak!

Satu tamparan mentah itu lolos Lintang layangkan ke pipi Bara. Cowok yang habis ditampar itu tertegun. Benar-benar tak percaya karena Lintang berani mengangkat tangan padanya.

“Itu pantas buat Bara dapat. Gara-gara Bara, kak Garis hari ini gak sekolah karena sakit. Dia susah jalan, karena perutnya sakit. Bara ‘kan yang bikin kak Garis kayak gini sekarang? Bara jahat!” tuding Lintang dengan amarah yang menggebu.

Bara memegangi pipinya yang panas, dan perih. Ia menatap Lintang kosong. “Itu pantas Garis dapat, karena dia udah mau rebut lo, dari gue, Lin!” sarkas Bara.

Lintang menggeleng tak mengerti dengan jalan pikiran Bara. “Merebut? Kak Garis gak pernah merebut. Bara yang melepas Lintang! Bara yang buang Lintang!”

“Lin, gue ngaku salah, tapi sekarang gue sadar. Gue mau tobat, gue mau tanggung jawab sama lo,” ujar Bara sungguh-sungguh.

“Maaf Bara, enggak bisa! Lintang udah gak cinta sama Bara, Lintang cinta sama kak Garis.”

Bara mendengkus. “Garis itu cowok gak benar, Lin. Mending lo pisah sama dia, dan kembali sama gue!”

“Kak Garis atau Bara yang gak benar?” Lintang tersenyum miring, menatap Bara dengan tatapan mengejek. “Bara yang gak benar!” tunjuknya ke dada bidang Bara.

“LINTANG!” sentak Bara jengah.

“Apa Bar? Apa? Lintang enggak akan takut sama Bara,” tantang Lintang.
Bara menggeram di tempatnya. Ia menatap Lintang nyalang.

“Mulai sekarang, anggap aja kita gak pernah kenal,” tukas Lintang.

Setelah mengatakan itu, Lintang pergi meninggalkan Bara seorang diri di rooftop. Bara membeku, gertakan darinya sama sekali tak membuat Lintang takut.

“GARIS LINTANG! GUE BAKAL PISAHKAN KALIAN BERDUA!” pekik Bara sebari menonjok dinding dengan keras.

🖤🖤🖤

“AYO SEMUANYA, LARINYA YANG SEMANGAT!”

Suara bariton dari guru pelajaran olahraga yang rupa-rupanya guru baru itu menginstruksi semua kelas 11 jurusan IPA dan IPS yang kini tengah belajar gabungan. Mendadak, lapangan SMA Mars penuh dan padat. Mereka semua berlari mengitari lapangan. Sesuai dengan instruksi pak guru.

“Lin, muka lo pucet noh,” celetuk Ipeh saat sadar akan wajah Lintang yang berubah drastis.

“Biasa ini mah, Peh,” kata Lintang tenang.

“Lin, lo sakit kali, ke pinggir sana, gak baik buat kesehatan lo,” sahut Elsa yang ikut berlari beriringan dengan kedua sahabatnya itu.

“Aku enggak apa-apa.” Lintang kembali mengulang perkataannya, memperkuat pernyataannya.

Tak mau berdebat hal sepele, Lintang mempercepat tempo larinya, sedikit lebih jauh dari keduanya sahabatnya tadi. Hingga tanpa disadari, Lintang berlari beriringan dengan Bara.

“Ke pinggir sana, lo sakit kayaknya.” Suara berat dari samping membuat Lintang menoleh.

Mata Lintang menajam saat mendapati Bara. Sial, Lintang baru sadar bahwa ia tengah berlari beriringan dengannya.

“Lintang kuat,” tegasnya kembali fokus ke depan.

“Lo kuat, tapi anak kita gak kuat,” timpal Bara, membuat Lintang berpikir.

“Cepat ke pinggir atau gue gendong lo sekarang juga?” ancam Bara namun sama sekali tak membuat Lintang menghentikan aktivitasnya itu.

“Gak usah maksa,” desis Lintang ketus.

Garis Lintang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang