11. ANAK BARU

2.2K 354 20
                                    

4 hari kemudian ....

Lintang duduk termenung di kursinya, sebari menopang dagu dengan salah satu tangan di atas meja, ia menatap kosong papan tulis di hadapannya. Tak peduli dengan suasana sekolah yang tengah riuh karena adanya pertunjukkan bola basket dari PASMARS. Lintang sama sekali tak tertarik untuk menonton itu. Terlebih, pasti ada Bara disana.

Sekarang, pikiran Lintang tengah berkecamuk, suara deru napas yang lemah seakan menjadi melodi mengganti lagu untuknya. Pikirannya semakin tak karuan, apalagi saat tahu hari ini adalah hari persidangan cerai kedua orang tuanya, itu sukses membuat Lintang stres. Jangan tanyakan kenapa Lintang tak datang ke persidangan kedua orang tuanya, sama seperti anak lainnya, itu pasti akan jadi tragedi menyakitkan. Terlebih, saat palu diketuk oleh sang hakim, itu pasti sangat mengiris hati Lintang.

“Lintang!” panggil seseorang membuat sang empu terkesiap karena tangan kekar  hinggap begitu saja di pundaknya.

Lintang mendongak, menatap Galen Bagaskara—ketua kelas di kelasnya, adalah pelakunya.

“Ngagetin aja,” desis Lintang sebal.
Galen tertawa kecil, tanpa izin dan permisi, ia menarik salah satu kursi kosong dan duduk di sebelah Lintang.

“Yang lain heboh liat PASMARS main basket, kok, lo enggak?”

“Gak minat liat begituan,” ketus Lintang cuek.

“Lo sakit?” tanya Galen sebari menatap Lintang dengan tatapan menyelidik.

Tak menjawab, Lintang malah melengos kearah lain. “Aku gak sakit, Gal,” jawabnya kemudian.

“Ah, masa, mukanya pucat gitu, yakin gak sakit?” selidik Galen penasaran.

Gadis itu berdecak, “Enggak, aku gak sakit Galen!” tegasnya.

“Ok,” Galen mengangguk paham.

“Kantin yuk, Lin?” ajaknya.

“Ngapain?” Lintang menoleh,
menatap cowok itu dengan datar.
“Mandi,” kata Galen asal menceletuk.

“Eh?” Kedua alis Lintang terangkat, terkejut dengan jawaban Galen yang tak masuk akal.

Galen menyentil kening Lintang. “Lo aneh! Kalo orang ngajak ke kantin, itu pasti ngajak beli jajanan lah, isi perut,” koreksinya.

Lintang menghela napas, pandangannya kembali fokus ke depan. “Enggak deh, aku belum lapar,” katanya.

“Yaelah, temenin gue aja,” ajak Galen lagi.

“Enggak deh, malas jalan,” ucap Lintang beralasan.

Walaupun pada kenyataannya, perutnya sudah sedari tadi keroncongan. Galen menyerah, sepertinya mendekati gadis seperti Lintang harus punya kesabaran extra. Dan sayangnya, Galen tak bisa sesabar itu. Ia bangkit berdiri, berniat pergi namun sebelum itu Lintang kembali bersuara.

“Kalo aku temenin kamu, aku di traktir gak?”

Galen jelas langsung semringah, ternyata pendapatnya tentang Lintang itu salah. “Pasti, gue pasti traktir lo,” ujarnya semangat.

Dengan penuh pertimbangan, akhirnya Lintang berancang-ancang mengumpulkan tenaga. Akhirnya selang beberapa detik setelahnya, ia bangkit berdiri. Berjalan beriringan bersama Galen menuju kantin.

🖤🖤🖤

Sorakan heboh, memenuhi segala penjuru SMA MARS, semua mata hanya bisa tertuju ke arah lapangan. Melihat anak PASMARS tengah unjuk kebolehannya dalam bidang olahraga bola besar, yang tak lain adalah bola basket.

Ada yang menarik mata Lintang, yaitu Bara. Di dekat bibir lapangan, tepatnya di tempat yang hendak masuk ke area kantin, gadis itu menghentikan langkahnya begitupula dengan Galen.

Garis Lintang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang