12. TANGGUNG JAWAB

2.4K 390 15
                                    

20.15 ARENA BALAPAN MOTOR

Sorakan heboh, serta tepukan tangan gemuruh, menyambut seorang Bara Aldian Adiwijaya di depan garis finis. Malam ini, adalah malam balapan liar yang memang biasa sering dilakukan PASMARS dan PANTER. Berisi anak-anak begajulan, tidak hanya itu, area balapan juga ramai dipadati para kaum hawa sebagai penontonnya.

“BARA! AYO! GASSS!”

Tepat suara pekikan dari kubu PASMARS itu menggelegar, bertepatan pula seorang Bara berhasil mencapai garis finis lebih dulu dari lawan balapnya. Jelas, sorakan heboh lagi dan lagi menggelegar, tepuk tangan kemenangan terdengar bersahut-sahutan. Bukan hal aneh jika PASMARS selalu lebih unggul dari PANTER.

Bara menggeber motornya, menimbulkan kepulan asap bak awan memenuhi tempat itu, seolah mengejek kubu yang kalah, Bara memberikan jempol terbaliknya pada anggota PANTER.

“WOHO BARA! BANGGA BANGET GUE SAMA LO!”  Satria mengangkat salah satu tangan Bara ke atas dengan bangga.

Bara melepaskan helm fullface-nya, jeritan penuh hingar bingar terdengar jelas dari kaum hawa saat melihat Bara dengan sengaja membasahi wajahnya dengan sebotol air mineral.

“Bara ganteng banget!! Jadi pacar gue please!”

“Bara bagi nomor dong, kita chattan!”

“Bara I love you sepuluh kebon!”

Teriakan itu jelas membuat telinga Lintang panas. Ya, Lintang. Gadis itu juga ikut menonton balapan, bukan karena ingin melihat Bara, tapi karena dipaksa Ipeh dan juga Elsa. Dengan jutaan pertimbangan matang, akhirnya Lintang memutuskan untuk melihat balapan ini. Walaupun dalam hati, Lintang terus saja teriris sakit jika melihat Bara.

“Lin, foto yuk sama PASMARS! Buat di upload ke instagram!” ajak Ipeh dengan semangat, membuat Lintang menggeleng samar karena ajakan Ipeh tidak mungkin ia lakukan.

“Kamu aja sama Elsa, aku gak minat foto sama mereka,” tolak Lintang santai.

“Yaelah, Lin, kenapa gak mau sih? Biasanya lo paling semangat kalo soal PASMARS, apalagi kan lo suka banget sama Bara,” cerocos Elsa ikut nimbrung.

Lintang menghela napas gusar, jujur ia risih jika berada ditempat ramai seperti ini. “Terserah kalian, aku mau ketempat lebih sepi aja, disini berisik!” tukasnya seraya melenggang pergi begitu saja.

“Yeuh! Dasar anak pms! Di ajak kagak mau, nyesel lo pasti karena gak ikut foto sama PASMARS!” cibir Ipeh tapi sama sekali tak dihiraukan Lintang.

Gadis dengan rambut terurai itu duduk di jauhnya keramaian, di keremangan lampu malam Lintang menatap ke atas langit. Seperti biasa, gadis itu menatap hamparan bintang yang berpendar indah.

“Lintang Amoza!”

Panggilan seorang cowok dengan jaket denim hitam yang tak lain dan tak bukan adalah Bara, membuat Lintang terkesiap. Gadis itu menoleh ke sumber suara, menatap Bara yang kini tengah berjalan menghampirinya.

Lintang bangkit berdiri. “Ngapain kamu kesini?” tanyanya dingin.
Bara berdeham, ia merogoh saku celananya, lalu menyodorkan sebuah amplop coklat pada Lintang.

“Gue menang balapan, uangnya lumayan buat beli obat penggugur kandungan,” ujarnya pada Lintang.

Lintang menohok, “Maksud kamu? Aku harus gugurkan kandungan ini?”

Bara mengangguk mantap. “Iyalah, emang apa lagi? Buat apa dipertahankan Lin, percuma. Gue gak akan tanggung jawab sampai kapanpun.”

“Aku gak peduli, yang terpenting adalah aku bakal perjuangin kandungan aku. Aku gak mungkin gugurin Bar, anak ini gak berdosa!” Lintang memegangi perutnya.

Garis Lintang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang