Lintang berlari memasuki rumahnya. Dadanya bergemuruh tak karuan, tetes demi tetes air mata tiba-tiba saja keluar. Entahlah, setelah kejadian tadi di Alfamart, pikiran Lintang berkecamuk. Rasanya ia sangat emosional saat ini juga.
Setelah menginjakkan kaki di kamar, Lintang langsung menutup pintu keras. Isak tangis yang sedari tadi ia tahan akhirnya keluar juga, gadis itu menangis sebari menyandarkan tubuhnya dengan nelangsa dibalik daun pintu. Luka selama berbulan-bulan itu, kini kembali basah dan kembali menyakiti Lintang.
"Kak Garis...." lirih gadis itu sebari ambruk terduduk lunglai di lantai.
Sambil memeluk lututnya kuat, Lintang menangis sejadi-jadinya.Menumpahkan segala rasa tak karuannya. Lintang tak menyangka akan bertemu dengan Garis ditempat tadi. Sungguh, itu adalah pertemuan yang tak diinginkan Lintang sama sekali
Lintang belum siap bertemu Garis. Tidak hanya Garis, tapi semua orang yang kenal padanya.
🖤🖤🖤
Sementara di lain tempat, Garis dan Bara terus saja berdebat di dalam mobil. Setelah keduanya sadar bahwa gadis yang hamil di Alfamart itu adalah Lintang, keduanya tanpa membuang waktu langsung mengejar. Namun, tidak ada jejak apapun, sehingga Garis tak tahu harus mengarahkan mobilnya kemana.
"Harusnya tadi lo langsung kejar Bang, bukannya malah melongo!" Bara kembali memicu perdebatan yang baru saja reda beberapa detik lalu.
"Gue juga enggak tau, Bar! Gue baru sadar kalau itu Lintang! Lo ngerti enggak sih, otak manusia ada yang cepat tanggap-"
"Dan ada yang loading kayak lo!" potong Bara mengolok sang kakak.
Garis berdecak, sesekali ia memukul stirnya kesal. "Kita harus kemana, Bar? Tadi Lintang naik mobil apa? Dan arah kemana?""Mana gue tau," kata Bara kesal sendiri.
Sedetik setelah Bara mengatakan itu, Garis dengan kesal mengerem mobilnya secara mendadak, dan sukses membuat Bara terjungkal ke depan. Garis memukul stir mobil dengan gerakan beringas, melampiaskan rasa kesalnya terhadap dirinya sendiri.
"LINTANG!" Garis berteriak frustasi. Ia menjambak rambutnya, sesekali membenturkan kepalanya ke stir mobil.
"JANGAN PERGI LINTANG! KEMBALI KE GUE!" teriaknya lagi.
Bara membungkam, melihat Garis begitu kalut. Begitu terpukul atas kepergian Lintang."Bang," panggil Bara lirih. "Lo gak boleh nyakitin diri lo sendiri kayak tadi," tambah Bara sebari menepuk-nepuk punggung Garis.
"Gue butuh Lintang, Bar. Disaat kita udah hampir menemukan dia, kita malah kehilangan jejaknya gitu aja. Gue kecewa sama diri gue sendiri, Bar! Gue kecewa!" pekik Garis.
Bukannya mereda, Garis malah semakin menjadi-jadi, sama hal seperti tadi, ia menjambak rambutnya lagi. Membenturkan kepalanya ke stir dengan cukup keras, namun dengan gerakan cepat kilat, Bara menahan Garis dari belakang.
"Bang, udah Bang, jangan sakiti diri lo sendiri!!" peringat Bara keras.
Garis hilang kendali, itulah kenyataannya."Lintang...." lirih Garis sebari ambruk menyandarkan tubuhnya ke jok mobil.
"Cepat atau lambat, kita pasti bisa nemuin Lintang, percaya sama gue." Bara menepuk pundak Garis, setidaknya, kalimatnya itu bisa membuat Garis tenang.
Menghembuskan napas kasar, Garis mengusap wajahnya dan kembali menegakkan badannya. "Kita cari lagi, mungkin Lintang masih di sekitar sini," putusnya mulai tenang.
Tanpa menyita banyak waktu, akhirnya Garis kembali menyalakan mesin mobil dan melajukannya dengan kecepatan normal.🖤🖤🖤
Sudah hampir 3 jam berlalu, Lintang masih saja di posisinya yang tadi. Matanya mulai sembab karena berjam-jam menangis, bahkan kakinya sudah sedikit keram karena sedari tadi ditekuk. Namun, itu semua tak membuat Lintang ingin bangkit, pertemuan tadi benar-benar membuat Lintang emosional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lintang [SELESAI]
Ficção Adolescente[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Lintang Amoza cuma gadis cupu yang sering jadi bahan bullying di sekolah. Menyukai Bara Aldian Adiwijaya sudah ada di dalam kamus hidupnya, tekadnya untuk mendapatkan Bara membuat Lintang mengubah dirinya, ia yang...