8. PUTUS

2.3K 348 17
                                    

3 minggu kemudian

Hari-hari Lintang berjalan dengan semestinya dan sewajarnya. Setelah kejadian kelam di apartemen waktu itu, Lintang lebih sedikit banyak diam. Berbicara seperlunya, terkesan tertutup dengan siapapun. Setelah kejadian Bara mengambil mahkotanya yang sudah ia jaga selama 16 tahun ini, Lintang pikir, Bara akan pergi meninggalkannya. Nyatanya, tidak. Bara masih mau berada disamping Lintang.

Sesuai dengan janji yang pernah cowok itu katakan. Katanya, apapun yang terjadi, Bara akan ada di garda paling depan. Itulah, yang selalu Lintang ingat.

Siang ini, di SMA Mars tentunya. Lintang tengah berada di kantin bersama kedua sahabatnya. Siapa lagi, kalau bukan Ipeh dan Elsa. Rasanya sudah cukup lama trio ini tidak berkumpul dan sekarang, mereka berkumpul lagi. Suara dentingan sendok yang bersentuhan dengan permukaan mangkuk, menjadi melodi pemecah keheningan.
Jika bertanya siapa pelakunya, maka jawabannya Lintang.

Sedari tadi, Lintang hanya diam dengan tatapan kosong sebari menopang dagu dengan salah satu tangannya di atas meja. Sementara satu tangannya, sibuk mengaduk bakso tanpa melihatnya. Lintang tidak minat. Namun ia membelinya.

"Lin, jangan bengong!" tegur Ipeh sebari menggebrak meja membuat sang empu tersentak kaget.

Lintang mendengkus. "Sehari aja gak gebrak meja, bisa gak sih, Peh?" tanyanya dengan galak.

"Enggak bisa, mau apa lo?" Ipeh malah menantang, tapi sama sekali tidak Lintang tanggapi lebih lanjut. Bahaya, bisa panjang urusannya nanti.

"Novel Antariksa udah open pre order, tapi gue belum beli, sedih banget ih!" curhat Elsa sebari memasang wajah sedihnya. Menatap kedua temannya secara bergantian sambil memelas. Kali saja, ada yang iba dan mau membelikannya.

"Gak punya duit lo, Sa?" tanya Ipeh dengan songong.

Elsa menggeleng lemah. "Gak ada, Peh, abis dipake buat beli kouta," jawab gadis itu seadanya.

"Satu server," ujar Ipeh sebari menepuk-nepuk pundak Elsa. Menguatkan gadis itu.

"Peh, ngepet yuk?" ajak Elsa dengan tiba-tiba.

"GILA LO?!" pekik Ipeh tepat di wajah Elsa, membuat sang empu kontan mengerjap.

Elsa memundurkan wajahnya, agar tak terlalu dekat berhadapan dengan wajah Ipeh. "Waras kok, waras," ujar Elsa gelagapan.

"Waras kok ngajak ngepet?" Ipeh geleng-geleng kepala tak habis pikir dengan temannya yang satu ini.

"Yah, kan, buat beli novel Antariksa Peh. Gue yang jaga lilin, lo yang keliling," jelas Elsa membuat kedua sudut bibir Lintang berkedut.

"Aku gak ikut-ikutan, ya!" Lintang mengangkat kedua tangannya, pertanda ia turun tangan.

"Ihhh Lintang, lo harus ikut, lo yang hitung uang nanti," ujar Elsa pada Lintang.

"Enggak mau, Ipeh aja," putus Lintang sebari menunjuk Ipeh.

"Masa iya tugas gue dua kali lipat? Udah yang keliling, terus yang hitung uang, gak kasian lo berdua sama gue?" tanya Ipeh sambil menatap kedua temannya secara bergantian.

"ENGGAK!" jawab keduanya serempak.

Ipeh mendelik tajam, sangat geram rasanya melihat tingkah kedua sahabatnya ini. Jika bisa dilihat dengan kacamata animasi, mungkin kepala Ipeh kini sudah keluar tanduk, dan satu lagi, pasti telinganya sudah keluar asap.

Garis Lintang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang