Part 35

353 37 11
                                    

Seorang cowok tengah menyendiri di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang cowok tengah menyendiri di kamarnya. Dia memakai kaus santai hitam dan celana pendek abu-abu. Rambut hitamnya tampak sedikit berantakan. Entah mengapa hari ini rasanya dia malas melakukan apapun sehingga memilih untuk tidak masuk sekolah.

Dhika.

Iya, hari ini dia sedang tidak masuk sekolah. Alasannya dia ingin menenangkan diri. Untung saja keluarganya bisa memaklumi. Mereka tidak ingin jika nanti si bungsu tidak konsentrasi selama mengikuti pelajaran sekolah.

Dhika masih tidak percaya akan kenyataan bahwa dirinya mengidap penyakit yang sama seperti kakeknya, yang tak lain adalah Farid. Dhika masih ingat perjuangan sang kakek saat melawan kanker lambung.

Karena sudah dekat sejak kecil, tentu saja Dhika selalu ada untuk kakeknya. Dhika rela menjadi tempat untuk menyalurkan rasa sakit Farid ketika penyakit itu kambuh. Setelah sekian lama Farid meninggal dunia, kini giliran Dhika yang mengidap penyakit seperti Farid.

Kenapa harus gue? Apa salah gue? Apa nantinya hidup gue cuma buat nyusahin orang? Gimana kalau nanti gue pergi ninggalin orang-orang yang gue sayang untuk selamanya?

Itulah yang ada di pikiran Dhika sekarang. Dhika masih muda. Jalan hidupnya masih sangat panjang. Masih banyak mimpi yang ingin diraih, salah satunya mimpi Dhika untuk menempuh bangku kuliah di Universitas Airlangga dan mengambil program studi Sastra Indonesia.

Dhika berharap jika nantinya ia diterima sebagai mahasiswa baru Unair melalui jalur SNMPTN, yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau biasa disebut jalur undangan. Tetapi bukan berarti Dhika tidak ingin mengikuti SBMPTN, yang tak lain adalah Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi dengan adanya dua pilihan jalur tes, yaitu ujian tulis berbasis komputer dan ujian tertulis.

Semenjak naik ke kelas 12, Dhika berusaha untuk belajar lebih giat lagi supaya nantinya mendapat nilai ujian nasional yang memuaskan dan juga kuliah di kampus impian. Tetapi semua itu seolah berantakan saat Dhika mengetahui sebuah vonis kanker lambung.

Hebatnya, ia bisa tahu sendiri dengan mendengar pembicaraan kedua orang tua dan kakaknya secara diam-diam. Itulah yang membuat Dhika sangat kecewa. Merasa dibohongi oleh keluarga sendiri. Kalau mereka jujur dari awal, mungkin saja Dhika tidak akan kaget.

Tok ... tok ... tok ....

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar kala cowok itu masih larut dalam pikirannya.

"Siapa?" tanya Dhika dari dalam kamar.

"Ini mama, Dek. Mama boleh masuk?" ternyata orang yang mengetuk pintu kamar Dhika adalah Safira.

"Masuk aja, Ma."

Walau sebenarnya masih kecewa terhadap Safira, Dhika tetap mengizinkan wanita itu masuk ke kamarnya. Baru saja masuk, Safira disambut pemandangan Dhika yang tetap setia duduk di tepi ranjang tanpa melakukan aktivitas apa pun.

Sekali Ini Saja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang