Anggota keluarga Adijaya sedang makan malam bersama. Di meja makan terhidang berbagai makanan lezat, yaitu nasi putih, gurami asam manis, ayam goreng, brokoli tumis, dan martabak mie. Itu semua dimasak oleh Safira, Marsha, serta asisten rumah.
"Dhika, gimana hari pertama sekolah kamu?" tanya Hilman, papa Dhika.
"Alhamdulillah lancar, senang bisa ketemu lagi sama teman-teman di sekolah," jawab Dhika dengan nada senang.
"Adek tadi bilang, ada salam dari Sonya. Katanya nanti kalau ada waktu luang Sonya main ke sini," ujar Marsha.
"Sonya? Udah lama dia nggak main ke sini, mama kangen sama dia." Safira menyahut perkataan Marsha. Setelahnya, ibu dua anak itu bertanya pada Dhika. "Tadi pulang sekolah kamu antar Sonya ke rumahnya kan, Dek?"
"Iyalah, Ma, nggak mungkin aku biarkan dia pulang sendirian."
Dhika memang sedang makan malam bersama keluarganya. Tapi, apakah dia harus cerita pada mereka, kalau tadi siang perutnya mulas sampai muntah di wastafel?
Dhika malas bila menceritakan perihal kondisi tubuhnya yang tidak mengenakkan, tapi di sisi lain dia tidak mau menyimpan ini sendiri.
"Dek, kamu kenapa?" Marsha menegur Dhika yang tanpa sadar tengah melamun.
"Eh, ya ampun!" Dhika tersentak.
"Kamu kenapa? Makanannya nggak enak, ya?"
"Mmm ... enak, kok," jawab Dhika yang berusaha bersikap santai.
"Terus kenapa kamu diam aja?"
Mau tak mau, Dhika harus jujur tentang kondisi tubuhnya yang tadi siang terasa aneh. "Aku pas pulang sekolah nggak tahu kenapa perutku mendadak mulas, terus aku muntah di kamar mandi dan muntahku lumayan banyak."
Hilman, Safira, dan Marsha mendadak berhenti makan kala mendengar apa yang baru saja dikatakan Dhika. Wajah khawatir ketiganya tampak jelas di hadapan Dhika.
"Perut adek kenapa bisa mulas sampai adek muntah?" tanya Safira sambil menyentuh pelan bahu Dhika.
"Adek lagi nggak enak badan?" giliran Hilman yang bertanya pada Dhika.
"Nggak, kok, aku sehat-sehat aja. Tapi nggak tahu kenapa aku bisa sakit perut,"
"Pasti kamu tadi di sekolah jajan sembarangan, ya?" selidik Marsha.
"Aku nggak makan sembarangan, Kak Marsha. Aku di sekolah makan nasi kuning, itu aja lauknya nggak pedas." Dhika berusaha meluruskan, agar keluarganya tidak salah paham.
"Mungkin adek lagi masuk angin." Sang kepala keluarga mencoba untuk menebak penyebab kondisi Dhika.
"Iya juga, ya? Mungkin adek masuk angin." Safira menimpali ucapan Hilman.
Makanan di piring Dhika masih banyak, tetapi Dhika kenyang duluan. "Aku kenyang," ujar Dhika singkat. Biasanya Dhika selalu menyantap makanan rumah sampai habis, tapi entah mengapa dia kenyang duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekali Ini Saja
Подростковая литература(ON HOLD, MOHON PENGERTIANNYA) Cinta, persahabatan, keluarga, kebahagiaan, luka. Itu semua bercampur menjadi satu dalam hidup Dhika dan Sonya. Oh iya, cerita ini terinspirasi dari lagu milik Glenn Fredly dengan judul yang sama. 🧡 Great cover by @o...