Part 18

480 91 46
                                    

Marsha tiba di rumah sekitar pukul 15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marsha tiba di rumah sekitar pukul 15.26 WIB usai menjalani meeting dengan salah satu social media influencer yang akan berkolaborasi dengan fashion store miliknya.

"Assalamualaikum..." gadis berambut pendek itu tak lupa mengucapkan salam ketika sudah di dalam rumah.

"Waalaikumsalam," ucapan salam dari Marsha dijawab oleh Safira yang sedang duduk sendirian di sofa ruang tengah.

Begitu mendengar suara mamanya, kedua kaki jenjang Marsha melangkah ke ruang tengah dan duduk bersama Safira.

"Mama lagi ngapain?" tanya Marsha.

"Habis dari rumah sakit, ambil hasil pemeriksaan Dhika."

"Gimana hasilnya? Dhika baik-baik aja, kan?" Marsha penasaran.

Safira terdiam. Dhika memang belum pulang dari sekolah karena masih mengikuti bimbingan belajar. Namun hal itu tetap membuat Safira bingung harus bagaimana dirinya menjawab pertanyaan Marsha.

"Mama kok diam? Dhika baik-baik aja kan, Ma?" Marsha bertanya sekali lagi.

"Adik kamu divonis kanker lambung, Sha," jawab Safira parau.

Apa? Kanker lambung? Penyakit itu pernah diderita oleh almarhum kakeknya. Marsha merasa bahwa dirinya salah dengar, atau mungkin saja mamanya tengah berbohong.

"Mama jangan bohong, deh. Dhika nggak mungkin kena penyakit seberat itu." Marsha memprotes jawaban Safira.

"Ini sama sekali nggak bohong, Marsha. Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa baca ini." Safira memberikan selembar kertas yang isinya hasil pemeriksaan Dhika pada Marsha.

Marsha menerima surat itu, dan ia membacanya dengan perlahan. Detik berikutnya, tenggorokan Marsha serasa tercekat.

"Ma, jadi ini beneran?"

"Ternyata feeling Om Irsyad selama ini jadi kenyataan, ya." Kedua mata Marsha mulai berkaca-kaca.

"Mama nggak bisa membayangkan kalau seandainya adikmu tahu. Dia pasti hancur banget," ujar Safira.

"Jangan bilang kalau mama mau sembunyikan tentang penyakit itu dari Dhika," selidik Marsha.

"Mama terpaksa harus sembunyikan itu supaya nanti Dhika tahu kalau dia nggak kena penyakit apa-apa,"

"Terus mama juga sembunyikan itu dari papa?"

"Nggak, mama nanti mau bilang ke papa kalau papa sudah pulang kerja."

"Tapi kalau sewaktu-waktu Dhika tahu hal yang sebenarnya, gimana?"

"Mama siap hadapi konsekuensinya. Mama akan terima kalau nanti Dhika marah banget sama kita semua, termasuk mama."

Tok... tok... tok....

"Assalamualaikum..."

Di tengah obrolan serius antara Safira dan Marsha, terdengar suara orang dari luar.

Sekali Ini Saja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang