Part 33

331 32 4
                                        

"Apa? Jadi dia sudah tahu kalau dia sakit kanker lambung?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa? Jadi dia sudah tahu kalau dia sakit kanker lambung?"

"Iya, dia sudah tahu."

"Gimana ceritanya, Mbak? Bukannya mbak sekeluarga sembunyikan hal ini dari Dhika?"

"Kami salah, Irsyad. Kami kira kami bisa seterusnya menyembunyikan hal tentang penyakit Dhika, tapi ternyata dia sudah tahu. Dia mendengar apa yang aku bicarakan sama Mas Hilman dan Marsha."

Iya, sekarang Hilman dan Safira bertemu Irsyad di Union PIK Avenue dengan ditemani tiga cangkir cappuccino dan sepiring chili garlic cheese fries. Memang pertemuan ini bersifat mendadak, untung saja Irsyad sedang tidak ada kegiatan sama sekali.

Irsyad juga tahu jika Safira mengajak Hilman dan Marsha merahasiakan soal penyakit yang diidap Dhika karena pada saat itu Safira sendiri yang cerita padanya melalui pedan Whatsapp, wajar saja Irsyad terkejut kala mendengar cerita Safira bahwa keponakannya sudah nengetahui hal itu secara diam-diam.

"Terus sekarang Dhika gimana?" tanya Irsyad.

"Dhika marah banget sama kita semua, Syad. Apalagi aku ajak Mas Hilman sama Marsha sembunyikan ini waktu dia belum tanya aku soal penyakitnya."

"Apa yang dikatakan Fira itu benar. Dia juga nggak mau dengar penjelasan apapun dari kita, bahkan tadi kita bertiga dibentak sama dia."

"Kenapa bisa gitu?"

"Ya karena dia marah banget sama kita, terutama aku. Aku yang mulai duluan." Safira berusaha sebisa mungkin menahan diri agar tidak menangis.

"Mas Hilman, Mbak Fira, aku harap kalian sabar dalam menghadapi cobaan ini. Aku yakin Dhika baik-baik aja. Tapi kalau aku boleh kasih saran, sebaiknya Mbak Fira panggil salah satu teman Dhika ke rumah biar Dhika ada teman ngobrolnya. Siapa tahu Dhika sedikit terhibur dengan kehadiran temannya."

"Sudah, kok. Untung aja tadi aku kepikiran buat suruh sahabatnya ke rumah buat samperin Dhika."

"Sonya, ya?"

"Iya. Sonya yang aku suruh ke rumah."

"Gimana kata Sonya tadi?"

"Dia bilang kalau Dhika cerita panjang lebar tentang apa yang dia rasakan, terus katanya Dhika juga bilang makasih ke Sonya karena sudah mau aku suruh ke rumah. Aku bersyukur anakku punya teman sebaik Sonya, makanya kita udah percaya sama dia. Percaya kalau dia tetap menjadi anak baik dan nggak akan menjerumuskan Dhika."

Irsyad lega mendengar penuturan Safira. Lega karena Dhika memiliki seorang teman yang baik seperti Sonya. Dia pernah bertemu Sonya ketika gadis itu menemani Dhika membesuk sepupu perempuannya yang opname di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo usai menjalani operasi usus buntu.

Dhika yang memperkenalkan Irsyad dengan Sonya. Baru sekali bertemu, Irsyad langsung terkesan dengan personality Sonya yang baik dan mudah akrab jika bertemu orang baru.

Sekali Ini Saja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang