Part 19

438 84 36
                                    

Di rumah keluarga Adijaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di rumah keluarga Adijaya....


Hilman, Safira dan Marsha sedang makan malam bersama. Menu makan malam kali ini spesial, karena menu yang terhidang adalah sirloin steak buatan Safira yang dilengkapi dengan french fries, buncis, wortel, dan saus steak.

Wanita itu membuat steak atas permintaan putra bungsunya yang tiba-tiba ingin makan steak, untungnya stok daging sirloin tersedia lumayan banyak di kulkas.

Namun, si bungsu tidak ikut makan bersama di meja makan. Dia memilih makan di kamar sambil mengerjakan tugas sekolah.

"Ma, gimana kata dokter? Hasil pemeriksaan Dhika nggak ada yang buruk, kan?"

Sebuah pertanyaan meluncur bebas dari mulut Hilman yang tengah menyantap french fries. Karena si bungsu sedang tidak ada di meja makan, Safira merasa tidak ada beban untuk menjawab pertanyaan suaminya itu.

"Papa jangan kaget, ya. Mama minta papa harus jaga rahasia ini dari Dhika," ucap Safira.

"Rahasia? Memangnya apa yang terjadi sama Dhika?" Hilman penasaran dibuatnya.

"Pa, dugaan Irsyad selama ini terbukti."

"Maksudnya? Jangan bilang kalau-"

"Iya, Pa. Dhika positif kanker lambung."

Seketika pria itu menghentikan aktivitas makan malamnya. Hilman tidak mengerti. Apakah istrinya salah bicara? Atau dirinya sedang bermimpi? Hilman tidak sepenuhnya yakin kalau penyakit almarhum papanya akan menurun pada Dhika.

"Nggak mungkin, ini nggak mungkin!"

"Ssstt ... jangan keras-keras, Pa. Nanti adek dengar," si sulung Marsha menegurnya pelan.

Perlahan kedua mata Hilman berkaca-kaca. "Kenapa, Ma? Kenapa harus anak kita? Terus apa yang harus dilakukan biar Dhika cepat sembuh?"

"Mama juga nggak nyangka kalau Dhika dapat vonis penyakit itu, Pa. Kata dokter, Dhika harus menjalani tindakan radioterapi atau kemoterapi."

"Gimana reaksi Dhika nanti kalau dia tahu tentang ini, Ma?"

"Mama minta sama papa dan juga kakak, tolong jaga rahasia ini baik-baik dari Dhika."

Marsha hanya terdiam menyaksikan ini semua. Yang seharusnya momen makan malam bersama keluarga terasa hangat, justru menjadi momen yang galau.

"Kalau itu yang mama mau, baiklah. Aku akan jaga rahasia ini dari Dhika. Akan aku usahakan semampuku biar nggak keceplosan pas lagi ngobrol sama dia," si sulung Marsha berkata demikian, walau dalam hatinya dia tak ingin menjadi pembohong untuk adiknya sendiri.

"Papa juga sama seperti Marsha. Mama tenang aja, papa akan berusaha jaga baik-baik rahasia ini. Tapi kalau sampai suatu hari nanti Dhika tahu yang sebenarnya, kita harus siap merasakan akibat dari apa yang sudah kita lakukan."

Sekali Ini Saja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang