(ON HOLD, MOHON PENGERTIANNYA)
Cinta, persahabatan, keluarga, kebahagiaan, luka. Itu semua bercampur menjadi satu dalam hidup Dhika dan Sonya.
Oh iya, cerita ini terinspirasi dari lagu milik Glenn Fredly dengan judul yang sama.
🧡 Great cover by @o...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Safira kembali menginjakkan kakinya di Siloam Hospitals Kebon Jeruk pada hari Kamis pagi ini untuk mengambil hasil pemeriksaan gastroskopi yang dijalani oleh Dhika beberapa hari yang lalu.
Karena suami dan anaknya sedang bekerja, Safira tidak masalah jika dirinya pergi seorang diri, dan sekarang ia sudah berada di dalam ruang praktik Dokter Almira dan duduk berhadapan dengan dokter cantik itu.
"Bagaimana hasil pemeriksaan anak saya, Dokter?"
Seketika raut wajah Dokter Almira berubah. Entah mengapa dokter cantik itu tampak tegang di hadapan Safira. "Kenapa dokter diam aja?" Safira sudah tidak sabar.
Dokter Almira menghela napas sebelum memberi tahu hasil pemeriksaan Dhika pada Safira, kemudian ia menyodorkan sebuah amplop putih. "Silakan ibu baca hasilnya. Jujur saja, saya sendiri masih tidak percaya."
Rasa ingin tahunya sudah menggebu. Safira langsung mengeluarkan isi amplop tersebut dan membaca hasil pemeriksaan gastroskopi dari awal hingga akhir.
Dan selanjutnya, kedua mata Safira membelalak. "Anak saya jelas tidakak mungkin mengidap penyakit ini, Dokter! Tolong dokter cek lagi hasil pemeriksaan Dhika, pasti ada yang keliru."
"Hasilnya sudah benar. Tidak ada kekeliruan sama sekali dalam hasil pemeriksaan anak Ibu."
Safira senantiasa berharap agar penyakit almarhum ayah mertuanya itu tidak menurun pada putra bungsunya. Namun, harapannya seolah terhempas oleh sebuah kenyataan pahit.
Bagaimana tidak pahit? Dhika divonis mengidap penyakit kanker lambung. Sebagai ibu, jelas saja Safira terkejut bukan main. Perlahan cairan bening keluar dari kedua matanya, lalu ia menangis begitu saja. Napasnya sesak. Dunia seolah runtuh dalam waktu sekejap.
Dokter Almira tak kuasa melihat Safira yang kini menangis di hadapannya. Meski dirinya belum menjadi seorang istri dan juga ibu, tetapi ia dapat merasakan betapa sakitnya hati Safira.
Ibu mana yang tidak sakit ketika mengetahui bahwa anak kandungnya mendapat vonis penyakit mematikan?
"Saya paham dengan apa yang dirasakan oleh Bu Safira sekarang," ujar Dokter Almira lembut.
"Dhika itu masih muda, jalan hidupnya masih panjang. Dari awal dia masuk SMA, dia ingin sekali kuliah di Unair ..." Safira menyeka air matanya sejenak.
"Saya nggak bisa membayangkan bagaimana reaksi Dhika nanti ketika tahu kalau ternyata dia sakit kanker lambung, dan saya juga bingung harus menyampaikan hal ini dengan cara apa ke suami dan anak pertama saya."
Air mata Safira kembali mengalir deras. Cobaan ini terlalu berat untuk keluarganya. Seumur hidup, dia tak pernah bermimpi salah satu anggota keluarganya akan mengidap kanker.
"Saya nggak ngerti. Kenapa anak saya bisa kena kanker lambung?"
"Peluang kanker lambung bisa dua kali lipat lebih besar bagi pria dan juga memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit tersebut."