(ON HOLD, MOHON PENGERTIANNYA)
Cinta, persahabatan, keluarga, kebahagiaan, luka. Itu semua bercampur menjadi satu dalam hidup Dhika dan Sonya.
Oh iya, cerita ini terinspirasi dari lagu milik Glenn Fredly dengan judul yang sama.
🧡 Great cover by @o...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sonya sedang makan malam bersama Farah dan Danu. Di atas meja makan sudah ada beberapa makanan lezat, di antaranya sup makaroni, perkedel kentang, ayam goreng krispi, tempe goreng, sambal, dan tiga gelas air putih. Danu sedang ingin sup makaroni, maka dari itu Farah dan asisten rumah tangga memasak menu yang diinginkan si bungsu.
"Sup makaroni buatan bunda enak, nggak?" tanya Farah pada kedua anaknya.
"Enak, kok. Sering-sering bikin sup makaroni ya, Bun. Kalau yang dibikin mesti sup ayam ntar bosan," jawab Sonya yang tengah menyantap ayam goreng krispi.
"Benar kata Kak Sonya. Bunda harus sering bikin sup makaroni. Masa tiap kali bikin sup adanya sup ayam melulu?" celetuk Danu.
"Iya deh, nanti bunda bakal sering-sering bikin sup makaroni."
Farah selalu senang apabila kedua anaknya menyukai masakan rumah yang ia buat. Tidak sia-sia dirinya mulai belajar masak ketika masih berstatus sebagai murid Sekolah Menengah Akhir. Berawal dari ia membantu ibunya memasak nasi goreng, lama kelamaan Farah ketagihan untuk bermain di dapur.
"Omong-omong sup makaroni, jadi ingat ayah," kata Sonya.
"Hm, aku baru ingat kalau sup makaroni itu makanan kesukaan ayah," timpal Danu.
Entah mengapa kali ini Sonya dan Danu merindukan Marwan—ayah kandungnya. Lantas, ke manakah sosok Marwan?
Ya, pria itu telah pergi meninggalkan istri dan dua anak untuk selama-lamanya akibat kecelakaan mobil. Di mana pada saat kejadian malam itu, Marwan sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Tiba-tiba saja Marwan mendapat telfon dari Farah karena pada saat itu Danu tengah mengalami demam.
Marwan panik dan berusaha agar dirinya tiba di rumah lebih cepat. Usai mengakhiri telfon, tatapan Marwan tertuju pada sebuah truk yang hendak melintas. Sebisa mungkin Marwan menghindari truk itu, namun apa daya truk dan mobil Marwan saling bertabrakan.
Kecelakaan yang menimpa Marwan tentunya berhasil menyita perhatian banyak orang, hingga ada satu orang yang berinisiatif menelepon ambulans untuk membawa Marwan ke rumah sakit. Akibat kecelakaan itu, Marwan mengalami pendarahan yang cukup banyak sampai akhirnya Marwan menghembuskan napas terakhir.
Farah, Sonya, dan Danu sangat terpukul ditinggal Marwan untuk selama-lamanya. Bahkan saking terpukulnya, Farah berkali-kali nyaris pingsan saat pemakaman tengah berlangsung. Keluarga besar pun tidak berhenti untuk menenangkan Farah yang saat itu terus menangis, begitu pula dengan Sonya dan Danu.
Tidak lupa juga turut hadir pula Dhika dan beberapa teman dari kelas X IIS 1. Tanpa disuruh, Dhika dan sebagian teman laki-laki turut memakamkan jenazah Marwan. Semasa hidup, Dhika sangat akrab dengan Marwan layaknya ayah dan anak laki-laki.
"Seandainya ayah masih ada, pasti dia lahap banget makan sup makaroni buatan bunda," ucap Sonya.
"Bunda masih ingat. Ayah meninggalkan kita waktu kakak masih kelas 1 SMA dan adik masih kelas 1 SMP. Bunda merasa bahwa kalian masih terlalu mudah untuk ditinggalkan oleh sosok ayah untuk selamanya. Sampai saat ini pun, kadang-kadang bunda suka sedih kalau ingat ayah," tutur Farah.