Part 31

325 38 10
                                    

"Tante nggak lagi bohongin aku, kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tante nggak lagi bohongin aku, kan?"

"Nggak, tante sama sekali nggak bohong."

"K-kenapa harus Dhika, Tante?"

"Jangankan kamu, kita semua nggak percaya kalau Dhika divonis kanker lambung sama dokter."

Sonya sedang berada di rumah keluarga Adijaya. Untung saja dia tidak ada kegiatan di rumah, sehingga dia bisa ke sini menggunakan ojek online. Ternyata tujuan Safira meminta Sonya untuk berkunjung ke rumah karena ingin memberi tahu perihal penyakit yang diidap oleh Dhika.

"Terus sekarang Dhika gimana?"

"Dhika kecewa sama kita semua, Sonya. Dhika kecewa karena mama ngajak Om Hilman sama Kak Marsha untuk merahasiakan hal ini dari Dhika. Tante juga nggak nyangka kalau malam itu Dhika mendengar apa yang kita bicarakan."

Kalau boleh jujur, Sonya juga turut kecewa atas apa yang sudah dilakukan keluarga Dhika. Keluarga yang sudah lama Sonya kenal tega menyembunyikan hal yang sangat penting untuk diketahui oleh salah satu anggotanya, yaitu si bungsu Dhika.

Tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain memberi dukungan dan kekuatan untuk keluarga Adijaya, terutama Dhika. Yang selama ini Sonya berharap Dhika senantiasa diberi kesehatan, nyatanya sekarang ia dengar dari Safira bahwa sahabatnya divonis mengidap kanker lambung.

"Aku kira Dhika cuma sakit perut biasa, tapi ternyata itu kanker," kata Sonya pelan.

"Kanker lambung itu penyakit turunan dari almarhum papa saya dan saya tidak pernah bermimpi anak saya akan mengidap penyakit itu," ujar Hilman pada Sonya.

"Sudah jelas Dhika marah banget sama keluarganya sendiri, Sonya. Tante akui kalau tante memang salah. Andai aja kalau tante berani mengakui hal itu ke Dhika lebih awal, mungkin dia bisa menerima dengan lapang dada walaupun nggak mudah."

"Aku serasa ditampar kenyataan. Kenyataan bahwa Dhika mendapat vonis penyakit separah itu. Aku nggak mau kehilangan Dhika. Sudah cukup aku kehilangan ayah. Aku nggak mau nantinya Dhika nyusul ayahku,"

Marsha merangkul Sonya, lalu ia berkata, "Kita semua harus selalu ada untuk Dhika. Terutama kamu, Sonya. Kamu pasti bisa membuat dia terima kenyataan dan juga semangat untuk melawan penyakitnya."

"A-aku boleh temui Dhika di kamarnya, nggak?"

"Boleh, kok. Kita berharap semoga Dhika mau terima kehadiran kamu."

"Kalau begitu, aku permisi dulu."

Sonya meninggalkan ruang tengah dan bergegas ke kamar Dhika, sedangkan Hilman, Safira, dan Marsha yang masih duduk di ruang tengah berharap agar keadaan si bungsu bisa sedikit lebih baik dengan adanya seorang sahabat.

Baru saja tiba di depan pintu kamar Dhika, Sonya ingin mengetuk pintu. Namun terselip perasaan ragu di dalam hatinya. Apakah Dhika mau menerima kehadirannya seperti yang diharapkan Marsha?

Sekali Ini Saja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang