My Life Story 2

31.2K 771 13
                                    

Ngga yakin sih sebenernya sama judulnya, kayak ngga sreg gitu... 😂

Soalnya bingung mau kasih judul apa 😂

Gampang lah ya, kita ganti kalo ceritanya udah kelar nanti, oke

↓↓↓

Seperti malam-malam sebelumnya, Dani terlihat tengah berjalan memasuki salah satu gang tempat ia tinggal. Tubuh yang terlihat kotor, dan wajahnya yang letih menandakan ia belum sempat membersihakan diri dari tempatnya bekerja. Ia memang memutuskan untuk cepat pulang dan berniat membersihkan tubuhnya dirumah, juga berharap istri serta anaknya masih belum tertidur.

Tapi satu pandangan di depan sana tiba-tiba saja membuat langkah kakinya melambat. Matanya tidak mungkin salah, itu adalah Mega istrinya. Wanita itu terlihat baru saja turun dari sebuah mobil mewah tepat di depan gang yang menuju rumahnya. Penasaran, Dani kembali melangkahkan kakinya, dan kali ini lebih ia percepat.

Hanya tinggal beberapa langkah lagi, tapi mobil mewah itu terlihat mulai bergerak dan meninggalkan istrinya.

"Kamu dari mana.?" tanya Dani penasaran.

Sedangkan Mega, wanita itu terlihat cukup terkejut saat sadar ada suaminya sudah berdiri di sebelahnya.

"Eh, Itu tadi dari tempat temen, kamu baru pulang.?"

Gelagat aneh dari Mega benar-benar membuat Dani penasaran, tapi ia cepat membuang rasa curiganya itu.

"Temen siapa.? Kenapa baru pulang jam segini.?"

"Iya, itu tadi ada temen lama aku yang ngajak ketemu. Kangen katanya"

Dani terlihat memperhatikan Mega dengan cukup intens, tapi masih ragu untuk menebak jujur atau tidak istrinya itu berbicara.

"Itu apa yang kamu bawa.?" tanya Dani saat baru saja sadar istrinya ternyata membawa beberapa bungkus plastik dan paperbag di tangannya.

"Oh ini, tadi temen aku ngajakin makan. Karena ngga habis, jadinya aku bawa pulang. Maaf ya aku ngga bilang sama kamu, Nada juga aku titipin sama ibu tadi"

Memang, sebelum pergi sore tadi, Mega sempat menitipkan Nada pada orang tua Dani. Ibu mertuanya itu memang tinggal tidak jauh dari rumah kontrakannya.

"Ya udah pulang yuk, kita jemput Nada sama kasih makanan ini buat ibu juga gimana.?"

Dani diam tidak menjawab, ia masih mencoba meyakinkan hatinya jika Mega memang tengah berkata jujur.

Tidak seperti biasanya, di meja makan, Dani terlihat duduk tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Meja makan yang biasanya terisi makanan seadaanya itu kini penuh dengan hidangan mahal, bahkan ia sampai tidak tau jenis makanan apa saja yang kini tersaji di hadapannya.

Sedangkan Mega, wanita itu terlihat tengah sibuk menyuapi putri mereka. Senyum yang sedari tadi tidak pernah lepas dari wajahnya itu sudah cukup membuat Dani merasa istrinya sangat bahagia sekarang. Sedangkan ia sendiri, entah apa penyebabnya, ada hal yang sedikit membuatnya merasa tidak nyaman.

Hari terus berganti begitu cepat bagi Dani, dan saat ia menghitung kembali uang tabungannya, ia tersenyum, kerja keras memang tidak akan menghianatai hasil, dan Dani percaya itu. Ia hanya tinggal mengumpulkan uang beberapa ratus ribu lagi, dan ia akan bisa membelikan apa yang istrinya inginkan.

Dengan cukup perlahan, Dani kembali memasukan uang yang sudah ia sembunyikan dari Mega itu kembali ke tempat semula. Ia memang sengaja tidak memberitahu istrinya tentang uang itu, karena dari awal, ia ingin memberikan kejutan di hari ulang tahunnya nanti.

Tapi satu sumber cahaya yang berasal dari tumpukan baju istrinya itu membuat gerakan Dani terhenti. Dan saat mengeceknya, ia terkejut mendapatai ada sebuah ponsel di sana. Jelas itu bukan ponselnya, apalagi milik Mega. Dari mana istrinya itu bisa membeli jenis ponsel yang sangat mahal itu. Dan saat layar ponsel itu menyala, terdapat beberapa panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan. Penasaran, Dani mencoba membukanya. Tapi ternyata ponsel itu memiliki sandi akses masuk.

Ia terlihat membalik tubuhnya mengahadap ranjang, menatap istrinya yang masih begitu lelap tertidur. Ingin sekali ia menanyakan siapa pemilik ponsel itu pada Mega, tapi ia mengurungkannya. Dan akhirnya, ia memutuskan untuk memasukan ponsel itu kembali ke bawah tumpukan baju.

Sebelum benar-benar menutup lemari itu, satu hal aneh kembali membuat Dani terkejut. Ia baru saja sadar jika tumpukan baju yang di lihatnya itu terasa sangat asing, karena seingatnya, baju-baju itu tidak ada di sana sebelumnya. Ia juga tidak merasa pernah membelikan baju untuk istrinya akhir-akhir ini.
Dan hal itu sudah cukup untuk membawa Dani keluar dari kamar dengan sejuta pertanyaan di otaknya.

Takut. Hanya itu yang Dani rasakan. Ia benar-benar takut jika ada hal buruk yang tengah mengintai keluarga kecilnya itu.
Ia sadar, ada sesuatu yang mungkin tengah di rahasiakan Mega darinya.
Mulai dari kerap pergi keluar tanpa seijinnya, dan setiap pulang selalu membawa makanan. Istrinya itu juga selalu membuat alasan yang tidak masuk akal jika di tanya dari mana. Dan ujung-ujungnya selalu berakhir dengan sebuah pertengkaran. Sebenarnya, Dani ingin sekali mengetahui apa yang membuat istrinya itu berubah. Tapi ia juga takut, ia takut jika hal buruk lah yang justru ia dapati.

Seperti hari itu, Dani memutuskan untuk tidak mengambil jam lembur dan pulang lebih awal. Ia hanya ingin membagi waktunya untuk Mega dan Nada. Bisa saja, semua hal buruk yang terjadi akhir-akhir ini justru karena ia sendiri penyebabnya.

"Kamu besok ngga ke mana-mana kan.?" tanya Dani ragu.

Mega yang tengah sibuk menyaksikan acara televisi itu terlihat menoleh ke arah Dani tanpa ekspresi.

"Kenapa emang.?"

"Kamu kan besok ulang tahun, ada sesuatu yang mau aku kasih sama kamu"

"Malam aja gimana.? Sorenya aku mau pergi sebentar"

Jangankan tersenyum, berbicara dengan bertatap muka saja tidak. Dani benar-benar merasa istrinya itu sudah sangat jauh berubah.

"Kamu kenapa jadi sering kluyuran sekarang.?"

"Yang kluyuran siapa, aku juga kalo pulang selalu bawa makan. Buat siapa.? Buat kita, kamu sama Nada"

Dani tersenyum miris, seingatnya, Mega yang ia kenal dulu tidak akan bisa menjawab atau berbicara dengan nada seperti itu padanya.

"Kamu berubah ya sekarang.?"

"Kamu yang merubah aku seperti ini"

Dani diam, hatinya bertanya benarkah Mega berubah karenanya.

"Ponsel siapa yang kamu simpan di lemari, dan dari mana kamu dapat baju-baju mahal itu.?"

Mega terlihat terkejut, sadar jika suaminya itu sudah mengetahui apa yang coba ia sembunyikan.

"Ponsel aku lah, punya siapa lagi. Baju itu di kasih sama temen, puas"

"Jangan bohong, aku ngga pernah ngajarin kamu untuk bohong"

"Terserah deh, capek lama-lama"

Mega yang terlihat kesal pergi meninggalkan Dani begitu saja menuju kamar.

"Mega, aku belum selesai ngomong"

"Capek mau tidur"

Mega terlihat menutup pintu kamar dengan cukup kasar, dan suara pintu terkunci setelahnya sudah cukup membuat Dani sadar harus tidur dimana malam ini. Bukan yang pertama, hal itu selalu terjadi jika mereka selesai berdebat.

CERPEN [dewasa] 21+ llTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang