Ayah | Dendam ll {7}

39.4K 1.2K 51
                                    

Siapkan hati, jiwa dan raga kalian sebelum membaca ke bawah...

Jangan ikut terbawa emosi, nanti hape kalian pula yang jadi korbannya 😂

↓↓↓

Masih dengan langkah perlahan, Bagas terlihat menarik napas dalam saat yakin dari mana sumber suara yang ia dengar itu. Dan saat tiba di ruang tengah, raut wajah tengangnya tiba-tiba saja berubah kesal. Di depannya, terlihat layar televisi yang masih menyala tanpa ada satu orangpun yang berada disana.
Bagas perlahan mendekat, lalu mengambil remote yang terletak di atas meja dan segera mematikannya. Kesal tapi juga heran, siapa yang menyalakannya dan kenapa tidak di matikan saat sudah tidak di tonton.

Bagas kembali melanjutkan langkahnya untuk menuju kamar. Langkah demi langlahnya yang terlihat tidak bersemangat itu berhasil menapaki satu persatu anak tangga rumahnya. Kepalanya terasa semakin berat, tapi satu hal yang kembali membuat Bagas berhenti melangkah adalah saat ia tiba di depan kamar Ayahnya. Kamar yang tidak pernah ia lihat terbuka sedikitpun saat jam malam itu kini terlihat tidak terkunci, bahkan sedikit terbuka dan memperlihatkan isi dalamnya.

Lampu masih terlihat terang, dan itu hal yang membuat kaki Bagas perlahan mendekat tanpa ia sadari. Baru saja terlihat menyentuh gagang pintu kamar yang tepat berada di hadapannya itu, suara aktivitas di dalamnya benar-benar membuat gerakan Bagas seketika berhenti. Rasa ragu dan takutnya tidak cukup kuat untuk melawan rasa penasarannya yang begitu besar itu. Dan dengan satu dorongan pelan, Bagas berhasil membuat pintu kamar itu terlihat semakin terbuka lebar.

Angin malam yang entah dari mana datangnya itu tiba-tiba terasa menerpa tubuh Bagas, membuat sekujur tubuhnya terasa dingin, kaku dan membeku bagaikan es. Hanya tinggal memukulnya saja menggunakan benda keras, dan itu sudah cukup untuk membuat semuanya hancur tak berbentuk lagi.

Arumi. Hanya itu kata yang terlintas di otaknya saat matanya menatap ke arah ranjang. Wanita yang sudah tidak mengenakan apapun di tubuhnya itu terlihat masih terus saja bergerak di atas seorang pria yang belum Bagas ketahui siapa. Posisinya yang menghadap ke arah pintu tempatnya berdiri itu membuat Bagas yakin, jika wanita itu membuka matanya nanti, ia bisa langsung melihat kehadirannya di sana.

"Kenapa kamu tiba-tiba datang ke kamar, bukannya biasa kita melakukannya di bawah.?"

Kalimat yang baru saja Bagas dengar membuat tatapan pria itu beralih dari Arumi. Satu kenyaataan kembali menghantam Bagas telak, ia baru saja sadar jika ia tengah berada di depan kamar siapa. Dan tanpa harus melihat, satu langkah mundur pria itu seolah menandakan dunianya mulai runtuh perlahan.

"Karena ada yang harus tau tentang semua ini"

Kembali, satu kalimat yang Bagas dengar itu membuat kaki yang sudah akan melangkah pergi dari tempatnya berdiri itu kaku seketika.
Seoalah tidak percaya dan sempat tertunduk karena shock, kedua bola mata Bagas kembali menatap Arumi yang saat itu juga tengah menatap ke arahnya.

Rambutnya berantakan, dan bibirnya sedikit terbuka karena terus saja mendesah pelan. Arumi terus saja bergerak dengan ritem sedang, sedangkan kedua tangannya berada pada dada pria yang tengah ia duduki itu.

"Maksud kamu Bagas.?"

Di sela-sela gerakannya yang semakin cepat, Bagas bisa melihat Arumi mengangguk atas pertanyaan Ayahnya itu.

"Iya, kapan kamu akan mengatakan semuanya sama Bagas.?"

Ingin sekali pria itu menerobos masuk, tapi kedua kakinya sama sekali tidak bisa ia gerakan.

"Secepatnya. Kamu ngga perlu khawatir, aku yang akan mengatakan semuanya pada anak itu"

Bagas terlihat kembali mundur satu langkah, tapi mata pria itu masih terpaku pada Arumi untuk beberapa saat. Dan saat bibir itu sedikit tertarik ke atas dan menciptakan senyum, Bagas tidak mampu lagi bertahan. Meninggalkan Arumi dan ayahnya, serta sebuah fakta menyakitkan, pria itu berlari dengan wajah tidak percaya dan hatinya yang kacau.

Sedangkan Arumi, wanita itu masih bergerak untuk melanjutkan kegiatnya dengan Hendra. Sebenarnya, hal yang baru saja terjadi itu sama sekali tidak ia rencanakan sebelumnya. Ia memang datang ke kamar Hendra untuk melakuakan hubungan itu, dan karena terlalu terbawa suasana, ia lupa jika ia masuk tanpa menutup pintu kamar itu kembali.

Arumi juga sama terkejutnya saat tidak sengaja menyadari ada seseorang yang tengah menonton kegiatannya dengan Hendra dari luar kamar yang terbuka itu. Dan saat sadar itu adalah Bagas, rasa sakit masa lalunya tiba-tiba saja hadir. Membuat Arumi melakukan itu semua di bawah tekanan hatinya yang pernah terlukai.

Setelah menyelesaikan kegiatannya dan tanpa berbicara tentang Bagas pada Hendra, Arumi segera kembali ke kamarnya. Ia perlu waktu untuk memberitahukan semuanya pada Hendra nanti. Karena ia sadar, ini bisa menjadi awal yang baik atau bahkan awal yang buruk untuk kehidupannya kedepan.

Arumi berjalan perlahan di tengah cahaya lampu yang terlihat remang itu, dan sebelum benar-benar tiba di depan pintu kamarnya, satu gerakan berhasil membuat tubuhnya terhuyung dan menghempas dinding dengan cukup keras. Belum sempat berpikir, satu gerakan tangan dari seseorang berhasil meraih tangannya dan langsung menariknya kasar.

Ingin berteriak, tapi Arumi menahannya saat sadar itu adalah Bagas. Pria itu masih dengan kasar menarik tangan Arumi untuk mengikuti langkahnya menuju salah satu ruangan di bagian ujung rumah itu.

Tiba di dalam ruangan yang sepertinya tidak ada yang menempati itu, Bagas masih menarik tangan Arumi hingga ke dekat tempat tidur. Lalu berhenti dan di ikuti oleh tarikan yang sangat kasar hingga membuat tubuh Arumi terbawa ke depan dan menghantam ranjang.

Melihat tubuh wanita itu yang menghempas ranjang dengan cukup keras sepertinya tidak membuat Bagas iba. Pria itu sudah terlihat kalap karena emosi. Bahkan saat tubuh mantan istrinya itu sudah tersungkur di atas lantai, pria itu justru terlihat mengurung tubuh Arumi dengan kedua kakinya. Dan perlahan, tangan pria itu bergerak menuju leher.

Arumi masih diam, merasakan tubuhnya yang sakit akibat menghantam ranjang dan terhempas  ke lantai, sama sekali tidak membuat wanita itu menangis. Tanpa melawan, Arumi masih diam dan tetap membiarkan tangan yang terasa semakin menekan lehernya itu kuat. Arumi juga masih mampu membalas tatapan murka mantan suaminya itu, tanpa rasa takut.

"Jadi ini tujuan lo datang kembali ke rumah ini hah.?"

"Kenapa, kamu terkejut.?"

"Jawab, ini tujuan lo datang kembali ke rumah ini, pelacu*.?" teriak Bagas dengan kalimat tidak manusiawinya itu.

Arumi tersenyum, sontak membuat Bagas semakin terlihat emosi dan kembali memperkuat tekanan tangannya pada leher wanita itu.
Pengaruh alkohol dan semua rasa campur aduknya itu membuat Bagas lupa jika ia tengah melakuakan aksi yang sangat berbahaya bagi mantan istrinya itu.

"Sudah berapa lama kalian berdua berhubungan.?"

"Kamu tau berapa umur putri ku.? Selama itu pula aku menjalani hubungan dengan ayahmu, sekaligus mantan ayah mertuaku"

Arumi terbatuk, dan wanita itu sudah mulai terlihat kesulitan untuk bernapas. Ia terlihat pasrah jika memang harus mati di tangan mantan suaminya itu. Setidaknya, orang yang pernah membuat harapan hidupnya meredup itu sudah pernah melihat ia bercinta dengan ayahnya sendiri.

Next part 8...

Hujat terusss...

Sampe pagiii. 😂

Eh di part ini kenapa belum end ya, mundur mulu perasaan.

Gimana kalo alurnya gini...

Misalnya nih ya, Arumi meninggal karena Bagas, terus si Bagas kabur, kecelakaan dan ko'it. Terus Hendra bunuh diri karena ditinggal Arumi.

Gimana.? Seru pasti...

Biar cepet end gtu maksudnya 😁

CERPEN [dewasa] 21+ llTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang